Kamis, 22 Juli 2010

kepemimpinan

Dalam bahasa Inggris kepemimpinan disebut dengan leadership, sedangkan dalam bahasa arab dengan istilah khilafah, imarah, ziamah atau imamah. Secara etimologi kepemimpinan berarti daya pemimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin itu sendiri.
Sedangkan terminologi, ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan menurut David dan Newstrom dalam Zainuddin, dan mustaqim (2008:1) Kepemimpinan atau leadership adalah suatu kemampuan untuk membujuk orang lain mentransformasikan potensi-potensi yang terpendam menjadi kenyataan.
Menurut Hadi Poernomo dalam Zainuddin dan Mustaqim (2008: 1) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan menjalin hubungan antar sesama manusia, sehingga mendorong orang lain untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan hasil yang maksimal.
Menurut Rivai (2003:2) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Menurut Riberu (2003:2) kepemimpinan adalah mengatur seseorang atau sekelompok orang ke tujuan, sambil menggunakan sarana yang ada dan sambil berpegang kepada tata susila bersama.
Dalam konteks menejemen, para manajer organisasi adalah pemimpin manajerial yang menjalankan kepemimpinannya. Maka dari itu para ahli telah memberikan beberapa pengertian antara lain :
a. Nawawi dan Hadari (2006:9)
Kepemimpinan adalah sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan tersebut.
b. Syafaruddin (2005: 83)
Kepemimpinan adalah merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
c. Rohiat (2008: 14)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan perubahan yang paling efektif dalam perilaku kelompok, bagi yang lain dia adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok ke arah penetapan tujuan dan pencapaian tujuan.
d. Sagala (2008: 150)
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pemimpin digambarkan akan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan yang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian kepemimpinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo dalam Purwanto (2008: 2) sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang yang mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
2. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari pada kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
3. Kepemimpinan adalah suatu seni (art) kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan mungkin berkorban untuknya.
4. Kepemiminan dapat pula dipandang sebagai situasi bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu dan motivasi yang tepat. Sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
5. Kepemimpinan pula dapat dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrument, atau alat untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerjasama dan berdaya upaya menanti segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini, kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan pandangan para ahli yang sudah dikemukakan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, serta merasa tidak terpaksa dalam kepemimpinan.

Referensi :

Nawawi, Hadari,. Martini, Hadari. 2006. Kepemimpinan yang Efektif, Cetakan Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada university press.

Ribeu. 2003. Dasar-Dasar Kepemiminan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syafaruddin. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Rohiat. 2008. Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Refika Aditama.

Purwanto, Ngalim. 2008. Administarasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosda

Ahli Waris dalam Islam

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan orang yang meninggal dunia, tetapi tidaklah semua ahli waris yang ada pasti menerima warisan, sebab ahli waris ada yang lebih dekat kepada ahli waris dan ada yang lebih jauh berdasarkan urutannya masing-masing.
Secara garis besar golongan ahli waris dalam Islam digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Ahli waris menurut Al-Qur’an atau yang sudah ditentukan oleh Al-Qur’an disebut dzawil furudl.
2. Ahli waris yang ditarik dari garis ayah, disebut ashobah.
3. Ahli waris yang menurut garis ibu, disebut dzawil arham.
Golongan yang pertama adalah ahli waris yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an yaitu dzawil furudl adalah ahli waris yang memperoleh bagian ahli waris tertentu, maksudnya setiap orang yang termasuk dalam dzawil furudl itu bagian dari harta warisan itu telah ditentukan besarnya tetapi tidak mutlak, artinya dalam keadaan tertentu akan berubah. Kalau ada ahli waris ashobah. (Dzamali,2003:154). Misalnya: ½, ¼, 1/8, 1/3, 1/6 dan 2/3. Hal ini berdasarkan kekuatan Al-Qur’an, hadits serta ijma’ ulama’.
Adapun orang-orang termasuk dalam kelompok dzawil furudl ini antara lain:
1. Suami istri
2. Anak laki-laki
3. Anak perempuan
4. Cucu
5. Ayah
6. Kakak yaitu ayahnya ayah dan seterusnya ke atas.
7. Ibu
8. Nenek
9. Saudara perempuan kandung
10. Saudara perempuan seayah dan saudara laki-laki seayah.
Sebagai penerima bagian sisa, terkadang (ahli waris ashobah) menerima bagian banyak (seluruh harta) atau menerima sedikit, terkadang juga tidak menerima sama sekali, karena habis dibagi oleh ahli waris dzawil furudl.
Kemudian berkenaan dengan sisa harta ini, Al-Qur’an tidak membicarakan secara spesifik siapa yang berhak menerima sisa harta tersebut. Namun, ada sedikit isyarat yang mengindikasikan hal tersebut yaitu di sebutkannya orang-orang yang berhak atas warisan, tanpa dijelaskan bagiannya secara tertentu, seperti ayah bila tidak ada anak, anak laki-laki jika tidak bersama dengan anak perempuan, dan saudara laki-laki bila tidak bersamaan dengan saudara perempuan.
Oleh karena semua yang berhak atas kelebihan harta itu adalah laki-laki, maka ulama’ ahlu sunnah menamakan ahli waris yang berhak atas sisa atau kelebihan harta itu dengan ashobah.
Kemudian ahli waris yang ketiga adalah idzawil arham. Ialah ahli waris dalam hubungan nasab(sedarah dari pewaris) yang tidak termasuk dzawil furudl dan ashobah.
Dzawil arham itu adalah orang-orang yang berhubungan keturunan selain orang disebutkan dalam Al-Qur’an dan selain dari laki-laki melalui garis laki-laki, tentunya ia adalah perempuan atau yang dihubungkan pada perwaris melalui perempuan, baik ia laki-laki atau perempuan. Misal paman dan atau bibi, cucu laki-laki dan atau cucu perempuan dari anak perempuan. Maka apabila pewaris tidak mempunyai kerabat sebagai dzawil furudl dan ashobah, maka para kerabat yang masih mempunyai ikatan rahim dengannya berhak menerima warisan.

apa itu dakwah?

setiap kegiatan yang bersifat menyeruh, mengajak dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah Swt sesuai dengan garis akidah, Syariat dan ahlak islamiyah secarah kebahasan Dakwah adalah kata dasar (Masdar) dari kata Da’a Yad’u yang berarti seruan atau ajakan . Sedangkan arti Dakwah menurut pandangan beberapa para ilmuan adalah sebagai berikut. Pendapat Bakhial Kauli, Dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-perturan Islam dengan maksud memindahkan Umat, dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Sedangkan menurut Syek ali Mahfudz Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat.
Begitu juga Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, maupun tulisan, tingkah laku dan sebagian yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran Agama sebagai massage yang disampaikan dengan tanpa danya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah terletak pada ajakan dorongan (Motivasi) rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk memberi Ajaran Agama dengan penuh kesadaran demi keuntungan pribadinya sendirinya jadi bukan untuk kepentingan juru dakwah.

Sesungguhya kita sebagai umat muslim, lebih-lebih umat muhamad maka sudah sepatutnya kita mengikuti jejak beliau. yaitu sebagai pembawa khobar sebagai juru dakwah, yang sudah dilaksanakan oleh rosul kepada kaumnya walaupun kaumnya kolot dan membangkang untuk menerima khabar.
Kerena di manapun dan kapanpun kita berada pasti kita akan menjumpai kemungkaran, sebagai umat muslim bersaudara maka sudah barang tentu kita saling mengingatkan tentunya dengan seizin-Nya.
Disamping kita memberi Khabar gembira kita juga harus memberi khabar peringatan, karena dengan itu lah tentunya mereka akan lebih mawas diri dan lebih hati-hati dalam segala ketentuan Hukum-Hukum Allah Swt yang sudah di nash dalam Al-Qur’an. Dalam mencegah kemungkaran tentunya kadar Individu yang di miliki oleh masing- masing Umat Muslim menurut kemampuannya. Dan di sini sudah di jelaskan dalam Hadits yang di riwayatkan oleh: HR Muslim yang artinya :
“ siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya,: jika tidak mampu maka hendaklah dengan lidahnya : jika tidak mampu maka hendaklah dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya Iman.

Referensi :

Jaelani, Bisri Muhamad.ensklopedi islam , Panji Pustaka. Yogyakarta : 2007.

Lembaga Kajian dan Pengembangan Forum Komunikasai Mahasiswa dan Alumni: Paskasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Kencana, 2006.

H. M. Arifin. psikologi dakwah , Bumi Aksara, Jakarta: 2004.

Metode Metode pengajaran dalam Pesantren



Metode sorogan?

Metode Wetonan?

Metode Muhawarah?

Metode Mudzakarah?

Metode Muhawarah?

Metode Hafalan ?

Metode Demontrasi?


Sejalan dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan pesantren juga tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan baik metode maupun tehnis dalam pelaksanaan pendidikan pesantren itu sendiri, meskipun demikian tidak semua pesantren mau membuka mengadakan inovasi serta pembaharuan terhadap metode pembelajaran yang ada
Pada awal berdirinya pondok pesantren, metode yang digunakan adalah metode wetonan dan sorogan bagi pondok non klasikal, pada perkembangan selanjutnya maka metode pembelajaran pondok pesantren mencoba untuk merenofasi metode yang ada tersebut untuk mengembangkan pada metode yang baru yaitu metode klasikal
Menurut beberapa ahli metode-metode pembelajaran yang ada dipondok pesantren, meliputi:
a. Metode Sorogan
Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya pandai menyodorkan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kyai itu. Dan kalau ada salahnya, kesalahan itu langsung dihadapi oleh kyai itu. Di pesantren besar sorogan dilakukan oleh dua atau tiga orang santri saja, yang biasa terdiri dari keluarga kyai atau santri-santri yang diharapkan kemudian hari menjadi orang alim.
b.
Pelaksanaan sistem pengajaran wetonan ini adalah sebagai berikut: kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama,.kemudian mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut. Sistem pengajaran yang demikian seolah-olah sistem bebas, sebab absensi santri tidak ada, santri boleh datang boleh tidak, tidak ada sistem kenaikan kelas. Dan santri yang cepat menamatkan kitab boleh menyambung ke kitab yang lebih tinggi atau mempelajari kitab kitab yang lain. Seolah-olah sistem ini mendidik anak supaya kreatif dan dinamis, ditambah lagi sistem pengajaran wetonan ini lama belajar santri tidak tergantung kepada lamanya tahun belajar, tetapi berpatokan kepada kapan anak itu menamatkan kitab-kitab pelajaran yang telah di tetapkan.
c. Metode Muhawarah
Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok.
Dibeberapa pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu yang digabungkan dengan latihan muhadhoroh atau khitobah, yang tujuannya melatih keterampilan anak didik berpidato.
d. Metode Mudzakarah
Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya
Dalam mudzakarah tersebut dapat di bedakan atas dua tingkat kegiatan:
Pertama: Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan tujuan, melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorng santri mesti ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang didiskusikan
Kedua: Mudzakarah yang dipimpin oleh kyai, dimana hasil mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab.
e. Metode Hafalan
Dalam metode ini para santri diberi tugas menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki oleh santri ini kemudian dihafalkan dihadapan kyai/ustadz secara periodic/incidental tergantung pada petunjuk kyai/ustadz yang bersangkutan. Materi pelajaran dengan metode hafalan umumnya berkenaan dengan Al Qur’an, nazham-nazham untuk nahwu, sharaf, tajwid ataupun untuk teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih.
f. Metode Demontrasi
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemostrasikan) suatu ketermpilan dalam hal pelaksaan ibadah tertentu yang dilakukan perseorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan kyai/ustad dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Para santri mendapatkan penjelasan/ teori tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang akan dipraktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya.
b) Para santri berdasarakan bimbingan para kyai/ustadz mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek.
c) Setelah menentukan waktu dan tempat para santri berkumpul untuk menerima, penjelasan singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang ajan dilakukan serta pemberian tuga kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan praktek.
d) Para santri secara bergiliran/bergantian memperagakan pelaksanaan praktek ibadah tertentu dengan di bimbing dan diarahkan oleh kyai/ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya)
e) Setelah selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.

Peferensi :
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. 2004. Profil Pondok Pesantren Muaddalah. Depag RI.

Arifin, Imron . 1993. Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang : Kalimasyahada Press.

Shaleh, Abdurrahman, dkk.1982. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Depag RI.

Ghozali, M. Bahri.2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Prasasti.

Apa sih santri itu?

Menurut Abu Hamid istilah santri berasal dari kata shastra (i) dari bahasa Tamil yang berarti seorang ahli buku suci (Hindu). Dalam dunia pesantren istilah santri adalah murid pesantren yang biasanya tingggal di asrama atau pondok. Hanya santri yang rumahnya dekat dengan dengan pesantren tidak demikian. Dari sumber lain, santri berarti orang baik yang suka menolong.
Dalam istilah lain juga diterangkan bahwa santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar dalam pesantren.


Macam-macam Santri

Menurut para ahli santri dapat dikelompokkan beberapa bagian yaitu :
a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
b. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesatren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong.
Sedangkan Arifin dan Sunyoto menemukan bentuk kelompok santri yang lain yaitu:
a. Santri alumnus adalah para santri yang sudah tidak dapat aktif dalm kegiatan rutin pesantren tetapi mereka masih sering datang pada acara-acara tertentu yang diadakan pesantren. Mereka masih memiliki komitmen hubungan dengan pesantren, terutama terhadap kyai pesantren.
b. Santri luar yaitu santri yang tidak terdaftar secara resmi dipesantren sebagaimana santri mukim dan santri kalong, tetapi mereka memiliki hubungan batin yang kuat dan dekat dengan kyai, sewaktu-waktu mereka mengikuti pengajian-pengajian agama yang diberikan oleh kyai, dan memberikan sumbangan parsitipatif yang tinggi apabila pesantren membutuhkan sesuatu.

Referensi :
Yacub,M.1993.Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat desa Bandung: Angkasa.

Putra Dauly, Haedar. 2001. Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Dhofir, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren Setudi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Arifin, Imron. 1993. Kepimpinan Kyai Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalimasyahadah Press.

Tujuan dan Fungsi Pondok Pesantren

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang didirikan oleh seorang Kyai sebagai figure sentral yang berdaulat menetapkan tujuan pendidikan pondoknya.
Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangankepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.

Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu
a. Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya.

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Dalam keputusan Musyawarah/Lokakarya intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren yang di selenggarakan pada tanggal 2 s/d 6 Mei 1978 di Jakarta tentang pondok pengertian pesantren diberikan batasan sebagai berikut: Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang minimal terdiri dari tiga unsur.
a. Kyai / Syekh/ Ustadz yang mendidik serta mengajar
b. Santri dengan asramanya, dan
c. Masjid.

Kegiatannya mencakup Tri Dharma Pondok Pesantren;
1. Keimana dan ketaqawaan terhadap Allah SWT
2. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat, dan
3. Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.
Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama (bandungan, sorogan, dan wetonan). Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya .
Dalam kenyataannya penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini dapat di golongkan kepada tiga bentuk:
1. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandongan dan sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahas Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para satri biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam pesantren tersebut.
2. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agam Isalam yang pada dasarnya dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para santrinaya tidak disediakan pondokan dikaompleks pesantren, namun tinggal tersebar diseluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong), dimana cara metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem weton yaitu para santri dating berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu.
3. Pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan, ataupun wetonan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masing-masing
Dilihat dari bentuk pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren diatas, di dalam kenyataannya sebagian pondok tetap mempertahankan pada bentuk pendidikan semula, sebagian lagi mengalami perubahan hal ini disebabkan olaeh tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat serta akibat kemajuan dan perkembangan pendidikan di tanah air.

Referensi
Mastuhu.1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang unsur dan Nilai sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Arifin,M. 1993. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Tipe-Tipe Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat.
Secara garis besar menurut Bahri Ghozali pesantren sekarang ini dapat dibedakan menjadi tiga macam:
1. Pondok Pesantren Tradisional
Yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajaran gengan pendekatan tradisional. Pembelajarannya ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan kosentrasi dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Penjajakan tidak didasarkan pada satu waktu, tetapi berdasarkan kitab yang dipelajari.
2. Pondok Pesantren Modern
Yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan keiatan pendidikan dengan pendekatan modern melalui suatu pendidikan formal, baik madrasah ataupun sekolah, tetapi dengan klasikal.
3. Pondok Pesantren Komprehensif
Yaitu pondok pesantren yang sistem pendidikan dan pengajarannya gabungan antara yang tradisioanal dan yang modern. Artinya didalamnya ditetapkan pendidikan dan pengajarannya kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan, wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus di kembangkan.

Menurut Kafrawi pondok pesantren dibagi menjadi empat pola yaitu :
Pesantren pola I ialah pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa Masjid dan rumah kyai. Pesantren ini masih sederhana, kyai mempergunakan masjid atau rumahnya untuk tempat mengaji, biasanya santri datang dari daerah sekitarnya, namun pengajian telah diselenggarakan secara kontinyu dan sistematis. Jadi pola ini belum mempunyai elemen pondok, bila diukur dengan dasar dari Zamakhsyari.
Pesantren pola II sama dengan pola I ditambah adanya pondokan bagi santri. Ini sama dengan starat Zamakhsyari.
Pesantren pola III sama dengan pola II tetapi ditambah adanya madrasah. Jadi di pesantren pola III ini telah ada pengajian sistem klasikal.
Pesantren pola 1V ialah pesantren pola III ditambah adanya unit keterampilan seperti peternakan, kerajinan koperasi sawah, ladang, dan lain- lain.
Wardi Bahtiar dan kawan-kawannya didalam membagi pesantren menjadi dua macam, dilihat dari macam pengetahuan yang diajarkan, menurtutnya prsantren dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:
Pesantren Salafi
Yaitu pesantren yang menajarkan kitab-kitab Islam klasik, sistem madrasah ditetapkan untuk mempermudah tehnik pengajaran sebagai metode sorogan
Pesantren Khalafi
Selain memberikan pengajaran kitab Islam klasik juga membuka sistem sekolah umum dilingkungan dan dibawah tanggung jawab pesantren.
Berdasarkan hasil penelitian LP3ES di Bogor, Jawa Barat telah menemukan 5 macam pola fisik pondok pesantren yaitu:
Pola Pertama :
Terdiri dari masjid dan rumah kyai. Pondok pesantren seperti ini masih bersifat sederhan. Dimana kyai mempergunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk tempat mengajar. Dalam pondok pesantren type ini santri hanya datang dari daerah sekitar pesantren itu sendiri.
Pola Kedua :
Terdiri dari masjid, rumah kyai dan pondok (asrama) menginap para santri yang datang dari daerah-daerah yang jauh.
Pola Ketiga :
Terdiri dari masjid, rumah kyai, dan pondok (asrama) dengan sistem wetonan dan sorogan, pondok pesantren tipe ketiga ini telah menyelenggarakan pendidikan formal seperti madrasah.
Pola Keempat :
Pondok tipe keempat ini selain mempunyai komponen-komponen fisik seperti pola ketiga, memiliki pula tempat pendidikan ketrampilan seperti kerajinan, perbengkalan, tokoh koperasi, sawah, ladang dan sebagainya.
Pola Kelima :
Dalam pola ini pondok pesantren merupakan pondok pesantren yang telah berkembang dan bisa disebut pondok pesantren modern atau pondok pesantren pembangunan. Disamping masjid rumah kyai atau ustadz, pondok (asrama) madrasah atau sekolah umum, terdapat pula bangunan–bangunan fisik seperti perpustakaan, dapur umum, ruang makan, kantor administrasi, toko, rumah penginapan tamu (orang tua santri atau tamu umum), ruang operation dan sebagainya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang Bantuan Kepada Pondok Pesantren, maka pondok pesantren dapat dikatagorikan menjadi:
a. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional.
b. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi)
c. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya merupakan asrama sedangkan santrinya belajar diluar
d. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.
Sebenarnya mengkategorikan pondok pesantren kedalam empat bentuk seperti di atas adalah supaya untuk mempermudah perencanaan dan pelaksanaan pemberian bantuan kepada pondok pesantren. Sebenarnya, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa bentuk atau model pesantren jauh lebih bervariasi. Seperti yang terdata sebagai berikut:
a. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab-kitab klasik (salafiyah)
b. Pondok pesantren seperti yang telah diungkapkan pada point A namun memberikan tambahan latihan keterampilan atau kegiatan pada para santri bidang-bidang tertentu/kejuruan
c. Pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab namun lebih mengarah pada upaya mengembangkan tarekat / sifisme, para santrinya kadang-kadang ada yang di asramakan, adakalanya pula tidak di asramakan.
d. Pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan kegiatan ketermpilan khusus agama Islam, kegiatan keagamaan, seperti tahfidz (hafalan) Al Qur’an dan majlis taklim, adakalanya santri di asramakan adakalanya tidak.
e. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran pada orang-orang penyandang masalah sosial, yaitu madrasah luar biasa di pondok pesantren.
f. Pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab-kitab klasik namun juga menyelenggarakan kegiatan pendiddikan formal ke dalam lingkungan pondok pesantren.
g. Pondok pesantren yang merupakan kombinasi dari beberapa point atau seluruh point yang tersebut diatas (konvergensi).

Referensi

Ghozali, M.Bahri. 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta:Prasasti.
Tafsir, Ahmad.1991. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan Dan Perkembangannya.2003. Depag RI.

definisi pesantren

Para ahli dalam memberikan pengertian tentang pesantren sangat berbeda, tergantung darimana ia memandang sebuah pesantren dengan segala aplikasinya.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hasbullah sebagai berikut:
“Di Indonesia, istilah kutab lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren” yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang Kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik). Dengan sarana masjid yang di gunakan untuk menyelenggarakan tersebut. Serta di dukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya kyai, santri, masjid, dan pondok”
Sedangkan menurut Zamakhasyari Dhofier, istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau barangkali berasal dari kata Arab fundug yang berarti hotel atau asrama. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang di laksanakan dengan sistem asrama (pondok), dengan Kyai yang mengajarkan agama kepada para santri, dan Masjid sebagai pusat lembaganya pondok pesantren, yang cukup banyak jumlahnya, sebagian besar berada didaerah pedesaan dan mempunyai peranan besar dalam pembinaan umat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Istilah pondok pesantren mungkin berasal dari fundug yang bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok di dalam pesantren di Indonesia, khususnya di pulau jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan perumahan yang sangat sederhana yang dipetak-petak dalam kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Keseluruhan masyarakat tempat para santri itu bermukim dan menuntut ilmu disebut pesantren.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S Purwodarminto mengartikan "pondok sebagai tempat mengaji, belajar agama Islam sedangkan pesantren diartikan orang yang menuntut pelajaran Islam".
Adapun pengertian lain tentang pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang pada umumnya dengan cara non klasikal, pengajarnya seorang yang menguasai ilmu agama Islam melalui kitab-kitab agama Islam klasik (kitab kuning) dengan tulisan (aksara) Arab dalam bahasa Melayu kuno atau dalam bahasa Arab.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur pendidikan yang dimilikinya, untuk itu yang menjadi ciri khas pondok pesantren yang sekaligus menunjukkan unsur-unsur pokoknya adalah :
a. Pondok
Disinilah Kyai dan santrinya bertempat tinggal.Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara Kyai dan para santri, mereka memanfaatkan dalam rangka berkerja sama memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
b. Masjid
Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid merupakan unsur pokok kedua dari pesantren yang berfungsi juga sebagai tempat melakukan sholat berjama’ah setiap waktu sholat.
c. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. Tentang santri ini biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu :
1. Santri Mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
2. Santri Kalong ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
d. Kyai
Adanya Kyai dalam pesantren merupakan hal mutlak bagi sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan pengajaran karena Kyai menjadi salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren.

e. Kitab-Kitab Islam Yang Klasik
Tingkat suatu pesantren dan pengajarannya biasanya diketahui dari jenis kitab yang diajarkan.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan kyai sebagai tokoh sentralnya dan mesjid sebagai pusat lembaganya. Pendidikan yang diberikan di pondok pesantren adalah pendidikan agama dan akhlak(mental).

Referensi
Ghozali, M.Bahri. 2002. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta:Prasasti.

Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shaleh, Abdurrahman,dkk.1982. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Depag RI

Hasbullah.2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ),

Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren Dirjen BINBAGA Islam. 1982/1983. Pedoman Penyelenggaraan Unit Ketrampilan PondokPesantren. Departeman Agama,.

Rabu, 21 Juli 2010

pengertian metode membaca

Pengertian Metode Membaca
Metode diajukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan pesan (materi pelajaran) dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki. Jika dengan metode tertentu suatu tujuan tidak tercapai maka harus mencari atau menggunakan metode lain yang dapat mencapai suatu tujuan pendidikan. Metode hanya merupakan alat bukan tujuan.
Pengertian metode menurut Tony Anthony dalam Akhlan Husen bahwa metode adalah tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan pada satu jenis pendekatan, sehingga merupakan rancangan yang menyeluruh dari jenis ketrampilan apa yang dikuasai yang belajar, materi-materi apa yang harus digunakan, serta bagaimana penyusunan urutan materi penyajiannya (Supriatna, 1998: 87).
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri dari lima kegiatan pokok. Kegiatan tersebut adalah:
1) Pemilihan bahan
2) Penyusunan bahan
3) Penyajian
4) Pemantapan dan
5) Penilaian formatif
Membaca pada hakikatnya suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolingistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengajaran kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley dan mountain, 1995).
Menurut Klein, dkk. (1996) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

Membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang harus mudah difahami (readible) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dengan teks (Rohim, 2007: 2-3).
Praktis membaca adalah nama sebuah buku yang disajikan untuk tahap pemula dalam belajar membaca. Buku ini terdiri dari jilid IA, IB, IIA, IIB, IIIA dan IIIB. Jilid IA berisi pelajaran membaca kata-kata yang terdiri atas dua suku kata tanpa akhiran (Yuli, 2008: ii). Jilid IB berisi kalimat-kalimat yang merupakan rangkaian kata yang sudah diajarkan pada jilid IA (Yuli, 2008: iii).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode praktis membaca adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan buku “Praktis Membaca” yang disajikan untuk tahap pemula dalam belajar membaca.
Sebagai orang tua dan sekaligus sebagai pendidik harus memperhatikan metode dan teknik sesuai dengan tingkat penguasaan anak.

makalah evaluasi pembelajaran

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan wujud pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai currículum in action. Salah satu rangkaian pembelajaran berbasis kompetensi pelaksanaan adalah evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi.
Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan keluaran/hasil pembelajaran.
Apapun metode yang di gunakan dalam proses pembelajaran, maka evaluasi akan tetap harus ada dalam sebuah proses pembelajaran, kerena tanpanya maka kita tidak akan mengatahui seberapa besar keberhasilan dalam pembelajaran.


B. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan makalah agar dalam pembahasan tidak terlalu melebar dan agare lebih focus, maka pada kali ini, rumusan masalahnya adalah
1. Apa yang dimaksud evaluasi pembelajaran?
2. Dan hal apa saja yang menjadi komponen evaluasi pembelajaran itu?

BAB II
PEMBAHSAN
A. Pegertian
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.( http://mixingblogging.blogspot.com)
Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
B. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya evaluasi proses dan hasil pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian hasil pembelajaran oleh setiap mahasiswa. Informasi kedua hal tersebut pada gilirannyasebagai masukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

2. Manfaat
Manfaat dilaksanakannya evaluasi proses dan hasil pembelajaran ada beberapa hal, diantaranya yang penting .dalah: (1) Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung/dilaksanakan dosen, (2) Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan (3) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas keluaran. (Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret(2007:06)

C. komponen evaluasi
Komponen yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah
1. Input
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

2. Materi dan kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan.
Guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini antara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya.


3. Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalam rangka melaksanakan pembelajaran.

4. Sarana
Alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan.
Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat.
5. Lingkungan
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa.
Sedangkan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain.(Rino Desanto 2009 : 1)

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Sedangkan komponen dalam evaluasi pembelajaran diantaranya adalah anput, materi yang di sampaikan termasuk juga kurikulumnya, guru yang mengajar, sarana dan lingkungan semuanya itu merupakan komponen evaluasi yang saling berkaitan.

B. Kritik dan saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kritik dan sarannya yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan, dan akhirnya semoga maklah yang singkat ini dapat menambah wawasan wacana kita dan bermanfaat. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
http://mixingblogging.blogspot.com
http://ktiptk.blogspirit.com
Rino Desanto 2009. evaluasi pembelajaran .-
John M. Echols dan Hasan Shadily.1983. Kamus bahasa Inggris-Idonesia. Surabaya.

anlisis swot

Analisis adalah uraian, kupasan, pengkajian terhadap suatu peristiwa, penguraian dan penelaahan secara menyeluruh dan mendalam . Sedangkan SWOT(singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/strengths, kelemahan"/weaknesses, "kesempatan"/opportunities, dan "ancaman"/threats) jadi analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua manusia pasti selalu menginginkan hal yang terbaik dalam hidupnya, baik dalam dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya begitu juga pada organisasi yang mereka jalani selama ini.
Untuk mendapatkan yang terbaik tersebut, khususnya dalam organisasi banyak hal yang mereka lakukan dan selalu berusaha mencari jalan terbaik, agar nantinya juga berhasil sukses dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam hal ini, ada sebuah metode yang menawarkan alternative baru yang insya allah dapat memberikan ‘angin segar’ agar dalam perjalanan organisasinya nanti bisa mendapatkan hasil yang maksimal yaitu analisis SWOT.
Analisis SWOT bukanlah akhir dari proses. Untuk memanfaatkan sepenuhnya alat ini, anda perlu menentukan rencana tindak lanjut. Juga alat ini cenderung berdasarkan pada "pendapat" dan indikator-indikator kualitatif dan belum tentu pada "kenyataan".
Sebenarnya analisis ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Dan yang perlu diketahui, ini adalah sebuah tawaran metode, kerena masih banyak metode metode yang lain. Tapi pada kesempatan kali ini, kami sebagai pemakalah akan membahas sedikit tentang analisis swot, dan untuk lebih lanjutnya akan di jelaskan dalam pembahasan bab II.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
a. Apa pegertian?
b. Bagaimana langkah langkah swot?
c. Dan apa manfaat analisis swot?
d. Contoh analisis SWOT?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Analisis adalah uraian, kupasan, pengkajian terhadap suatu peristiwa, penguraian dan penelaahan secara menyeluruh dan mendalam . Sedangkan SWOT(singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/strengths, kelemahan"/weaknesses, "kesempatan"/opportunities, dan "ancaman"/threats) jadi analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut .
Dan metode ini juga bisa di terapkan dalam dalam manejemen pendidikan dengan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dengan tujuannya pada akhirnya akan mengalami kemajuan pada sebuah pendidikan khususnya dalam madrasah.
B. Langkah-langkah analisis SWOT
Ada beberapa langkah analisis swot, agar penggunaan metode ini lebih maksimal, diantaranya :
Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
• SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit.
• Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.
• Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa.
• Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT sesuai dengan contoh.
• Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
• Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT.
Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
• Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu diisi tempelkan pada kertas flipchart.
• Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu ditempelkan pada flipchart .
Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
• Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan seterusnya.
• Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman ekstern) yang dapat menghalangi pemecahan masalah.
Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang
• Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
• Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan peluang.
Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan
• Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
• Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di atas, yang kurang besar di bawah.
• Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
• Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
• Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
• Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.
• Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan harus dihindari.
o Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.

B. Manfaat analisis SWOT
• Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa depan dengan melakukan pengkajian bedasarkan pengalaman masa lampau, ditopang sumber daya dan kemampuan yang miliki saat ini yang akan diproyeksikan kemasa depan.
• Untuk menganalisis kesempatan/peluang dan kekuatan dalam membuat rencana jangka panjang.
• Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai kecendrungan menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana untuk perbaikan.
• Untuk mengidentifikasi Faktor eksternal (O dan S) dan Faktor Internal (S da W)
• Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis swot adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu organisasi.
Sedangkan langkah-langkah analisis swot ada 5 langkah, yaitu Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT, Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang, Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan.
Sedangak manfaatnya adalah Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa depan dengan melakukan pengkajian bedasarkan pengalaman masa lampau, ditopang sumber daya dan kemampuan yang miliki saat ini yang akan diproyeksikan kemasa depan,Untuk menganalisis kesempatan/peluang dan kekuatan, Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan,Untuk mengidentifikasi Faktor eksternal dan Faktor Internal, Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi.
Dan contoh dari analisis SWOT adalah diantaranya mempetakan wilayah-wilayah SWOT (strengths weaknesses,opportunities, dan threats) sebagaimana yang gambar 01 dan 02.
B. Kritik dan saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kritik dan sarannya yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan, dan akhirnya semoga maklah yang singkat ini dapat menambah wawasan wacana kita dan bermanfaat. amin
DAFTAR PUSTAKA
Tim prima pena. 2006. kamus ilmiah popular. Surabaya : gita media press
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
http://dickyrahardi.blogspot.com/2007/08/analisis-swot.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/08/manfaat-analisa-swot.html
Diberdayakan oleh Blogger.
 

sitemeter

visitors

Asal Pengunjung