Rabu, 25 Agustus 2010

Tentang Musik Klasik

Tentang Musik Klasik
By; Zuhrofa Nur Lailiyah, S.Pd.I
2.1.1. Pengertian dan Sejarah Musik Klasik
Tidak bisa dipungkiri bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia, dewasa ini siapa yang tidak mendengarkan musik ? Hampir dari segala kalangan musik banyak dinikmati. Sebelum membahas musik lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui pengertian musik.
Kata musik berasal dari akar kata yunani "Muse", dalam mitolografi yunani dikenal bahwa muse adalah dewi-dewi yang menguasai nyanyian, puisi kesenian dan ilmu pengetahuan, Muse merupakan anak-anak Zeus (raja para dewa) dengan Mnemosyne (dewi ingatan). Dengan demikian Musik merupakan anak cinta ilahiyah yang keanggunan, keindahan dan kekuatan penyembuhannya yang misterius itu sangat erat hubungannya dengan tatanan maupun ingatan tentang asal usul takdir kita (Cambell, 2003: 36).
Musik dalam Bahasa Inggris "music" adalah kata benda yang berarti susunan bunyi bunyian yang beraturan dan sedap didengar (Darmanto dan Wiyoto, 2007:391). Menurut istilah musik adalah bunyi yang dikeluarkan oleh satu atau beberapa alat musik yang dihasilkan oleh individu yang berbeda berdasarkan sejarah, budaya, lokal dan selera seseorang (http://idwikepedia.org /wiki/musik di akses/februari2010).
Musik adalah bagian dari budaya dan ekspresi manusia paling tinggi, musik memungkinkan seseorang mengalami keterhanyutandan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dan agung (Rose dan Nicholl,2002:244)
Menurut Hazrat Inayat Khan (2002:5), seorang spiritualis sufi besar dari India mengatakan musik adalah bahasa keindahan, bahasa dari sesuatu yang dicintai oleh setiap jiwa yang hidup. Musik disebut Sangita dalam Bahasa Sansekerta yang melambangkan tiga subyek yaitu: menyanyi, memainkan dan menari, ketiganya digabungkan dalam setiap tindakan (Khan, 2002: 3).
Sementara itu menurut pandangan Ibn Khurdabih (300 H/912 M) musik adalah suatu yang mampu menggerakkan jiwa, memperhalus emosi dan mempertajam akal (Tyas, 2008: 45).
Musik merupakan bahasa yang universal, karena musik mampu dimengerti dan dipahami oleh setiap orang dari berbagai bangsa di belahan dunia. Bagi kita musik tentu saja bukan suatu yang baru, sengaja maupun tidak hari-hari kita selalu dihiasi dengan alunan musik, apalagi saat ini perkembangan teknologi dan industri radio serta televisi sangat pesat. Hal ini sebagai indikasi bahwa musik juga mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kehidupan manusia (Tyas, 2008:78).
Musik adalah produk budaya yang cukup tua, klasik, eksotis dan sarat dengan kepenuhan, di Mesir kurang lebih sekitar tahun 500 SM musik telah dikenal. Musik bahkan telah menjadi sesuatu yang istimewa, yang tidak hanya sebagai sesuatu yang mampu menghibur perasaan melainkan telah dihayati sebagai tradisi luhur yang mengepresikan unsur-unsur transendental. Ini terlihat ketika musik menjadi hal wajib dalam berbagai upacara dan ritual keagamaan masyarakat sepanjang sungai nil (Prier, 1991:6).
Pada tahun 676 SM, ketika seni musik makin berkembang serta diminati banyak kalangan, mulai dari masyarakat biasa ataupun mereka para aristokrat, seorang pelajar bernama Tarpender berhasil membuat satu temuan susunan tangga nada. Tarpender adalah orang yunani yang hidup di Lebos antara tahun 1100-500 SM. Pada periode ini Tarpender berhasil menemukan empat nada dasar dan menyusun dalam susunan yang harmonis. Karya ini kerap dikenal dengan istilah "Tetrachord" yakni musik dengan susunan empat tangga nada. Dari empat tangga nada yang ditemukan Tarpender inilah, pada tahap selanjutnya berkembang menjadi tujuh tangga nada yaitu: do, re, mi, fa, so, la, si, do (Pier,1991:23).
Musik klasik adalah musik yang lahir dari budaya eropa sekitar tahun 1750-1825. Biasanya musik klasik digolongkan menjadi periodisasi tertentu, berikut perkembangan musik :
1. Notasi Gregorian tahun 590
Pada zaman ini musik lahir pada tahun 590 yang dimulai dengan penemuan notasi oleh Paus Gregorius Agung sehingga disebut notasi Gregorian. Notasi ini memakai empat garis sebagai balok not, tetapi belum ada rotasi iramanya sehingga hitungan berdasarkan perasan penyanyi.
2. Musik Organum 1150-1400
Pada awalnya orang menyanyi dengan nada yang sama atau disebut dengan "Anum". Nada atas dinyanyikan oleh wanita atau anak-anak, sedangkan nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Di sini terjadi susunan lagu berjarak oktaf. Suara tinggi terbentuk dari anak-anak atau wanita dan suara rendah dari laki-laki.
3. Musik Discant 1400-1600
Pada masa ini dirasakan ternyata tidak semua bisa mengikuti nada tinggi atau nada rendah, oleh sebab itu diputuskan untuk membuat suara yang lebih kuat atau lebih rendah mengikuti melodi kuart tinggi maupun kuart rendah dan musik yang demikian ini disebut musik Diafoni (Dia: dua, Foni: suara).
4. Basso Ostinato tahun 1600
Orang-orang Italia pada tahun sekitar 1600 menemukan apa yang disebut Basso Ostinato atau bass yang bergerak dengan pola yang sama, berupa rangkaian nada-nada yang bergerak selangkah demi selangkah ke bawah atau ke atas, kemudian diulang pada rangkaian nada lain secara bersama.
5. Musik Polifoni Era Barok (1600-1750)
Ternyata suara yang mengikuti sama dengan melodi menjadi membosankan, maka mulailah suara tidak bergerak secara sejajar, tetapi dengan arah yang berlawanan. Komponis Geovani Perluigi Palestrina (1515-1594) adalah perintis tentang hal ini, Dia menyususun teori mengenai musik melodi banyak (Polifoni), sehingga setiap nada atau titik (punctus-point) bergerak secara mandiri atau berlawanan (Counter), disinilah lahir teori kontrapung. Palestrina menyusun buku yang pertama tentang teori kontrapung ini. Johan Sebastian bach (1685-1750) adalah salah satu musik polifoni dengan teknik kontrapung yang sangat tinggi. Karena disusun seperti Matematika. Hampir semua komponis era barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapung, misal George Frederic Handle (1685-1759 dari Inggris), Antonio Vivaldi (1678-1741 dari Italia), George philipp Telemann, Arcangelo Corelli, Henry Purcell, Domenico Scarlatti, Jean-philippe Remeau (Perancis), Correlio (Italia), dll.
Pada awalnya orang menyusun dengan kontrapung terikat (Strict Counterpoint) namun kemudian mendapat kebebasan berdasarkan teori Kontrapung Bebas (Free Counterpoint).
6. Musik Homofon Era Klasik (1750-1825)
Selanjutnya pada era klasik (1750-1825) ditemukan Susunan akord yang berdasarkan tri-suara (triad), sehingga berkembang empat suara atau lebih. Musik yang demikian disebut musik homofoni, sehingga kontrapung menjadi variasi melodi yang kontrapuntis.
7. Musik Klasik Era Romantika (1820-1910)
Hampir tidak ada perubahan dalam kontrapung dan harmoni secara fundamental. Namun ada kemajuan dalam orkestrasi lengkap (dengan penemuan alat musik) Era romantika adalah yang terakhir dan masih dapat diterima dengan pendengaran masyarakat umum terutama pada musik opera, musik balet, dan walsa wina.
8. Musik Klasik Modern (1910-sekarang)
Pada masa musik klasik ini, karya yang paling tekenal berada pada abad ke-20 yakni: kitaro, Ricart Clayderman, Yanni dan Enya.
Terdapat berbagai Aliran musik yang berkembang yaitu: Musik klasik, musik rock, Musik tradisional dan musik keagamaan. Dalam proses pembelajaran musik yang digunakan adalah musik klasik karena musik klasik bersifat universal dan telah dilakukan berbagai penelitian yang membuktikan bahwa musik klasik bermanfaat bagi perkembangan otak manusia, dan musik klasik tidak mengandung kata-kata sehingga tidak akan terjadi interferensi auditori (Gunawan, 2003:181).
2.1.2. Manfaat musik klasik
Musik bukan hanya materi hidup yang memanjakan telinga dan menjadikan hidup menjadi lebih indah, musik terbukti dapat mengoptimalkan kecerdasan. Bahkan pada abad ke-19 seorang penulis dari Inggris pernah berkata "Musik adalah nyanyian para malaikat". Musik bisa mempengaruhi hidup seseorang. Dengan mendengarkan musik, seseorang dapat merasa tenang dan relaks karena musik mampu memberikan semangat pada jiwa yang lelah (Yuanitasari, 2008:2).
Musik juga dapat menciptakan suasana yang releks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreatifitas, kepekaan, dan kemampuan berfikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan membantu dalam meningkatkan daya ingat. (Yuanitasari,2008: 4).
Musik memang sangat mempengaruhi kehidupan manusia apalagi musik memiliki tiga komponen penting yaitu beat, ritme, dan harmoni. Beat (ketukan) mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan harmoni mempengaruhi roh. Contoh paling nyata bahwa beat (ketukan) dapat mempengaruhi tubuh tampak dalam konser musik rock yang bisa dipastikan semua bergoyang mengikuti beat yang dialunkan (Yuanitasari, 2008: 6).
Jika hati sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki ritme (irama) yang teratur maka perasaan akan tenang, di barat banyak rumah sakit yang memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan pasiennya, Menurut Ev Andreas Cristanday musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang memiliki keseimbangan antara Beat (ketukan), ritme dan harmoni (Tyas, 2008: 127). Dan musik klasik mempunyai keseimbangan ketiga unsur tersebut.
Musik merupakan satu hal yang mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia mulai dari bayi hingga dewasa, hal ini telah diteliti oleh para ilmuan, penelitian membuktikan bahwa musik terutama musik klasik sangat mempangaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) (Tyas, 2008: 125).
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan "dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia" (Tyas, 2008: 126).
Sibgel (1999) mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat meransang system limbic jaringan neuron otak. Hal yang sama dikemukakan Don Cambell (2007) dalam bukunya Efek Mozart mengatakan "musik barok (Bach, handel, vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik mampu memperbaiki kosentrasi ingatan dan persepsi spasial". Sedangkan Gallahue (1998) mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan motorik, visual, auditif dan sentuhan dapat dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak, dan urutan (rangkaian) yang merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah (http:www.depdiknas.go.id/jurnal/30/musik/musik_merupakan_stimulus_terhdp.htm dipostkan oleh Psychemate).
Stepannie Merrite dalam bukunya berjudul "Simfoni Otak" menjelaskan pengaruh musik klasik dan musik rock terhadap otak. Biasanya pengaruh musik rock terhadap diri manusia cenderung negatif, seperti meningkatnya perasaan tertekan (stress), memicu perilaku hiperaktif dan tidak tenang. Sedangkan pengaruh musik klasik pada manusia cenderung positif seperti membuat lebih semangat, lebih mudah mengingat, meningkatkan kreatifitas dan menghilangkan perasaan tertekan. Pengaruh paling kuat dari musik terdapat pada iramanya.
Jenis musik yang memberikan dampak negatif bagi tubuh manusia adalah musik berirama Anapestik yaitu yang memberikan tekanan pada irama terakhir, istirahat sebentar sebelum memulai dengan irama pertama. Hal ini dapat kita temui pada musik rock. Ritme ini bertentangan dengan ritme tubuh manusia yang selalu teratur dan memberikan penekanan pada irama pertama (http:/www. tabulasi.com /Linda/156584 html).
Selain itu hasil riset Dr. Alfred Tomatis, seorang anggota terkemuka dari The French Academy of madicane dan Academy of science membuktikan bahwa sel otak akan mendapatkan "recharge" energi apabila mendengarkan suara dengan frekuensi antara 5000 hz - 8000 hz, musik klasik (barok) dan Gregorian banyak mengandung suara dengan frekuensi tersebut, dan musik klasik Mozart mengandung paling banyak suara denagn frekuensi 5000 hz-8000 hz .Sedangkan musikHeavy mental dan hard rock mengandung paling miskin suara dengan frekuensi 5 hz-8 hz (Gunawan, 2003: 182).
2.1.3. Musik klasik dalam proses pembelajaran
Proses belajar mengajar memerlukan kondisi fisik, mental dan emosional yang mendukung information in-take (memasukkan informasi ke dalam otak) yakni saat seseorang berada dalam kondisi alfa. Kondisi alfa adalah suatu kondisi di mana getaran gelombang otak manusia berada pada kisaran 8-12 hz, kondisi alfa optimal adalah pada frekuensi 10.5 hz (Gunawan, 2003: 73).
Musik klasik berdampak positif pada kondisi fisik dan psikis, dengan mendengarkan musik klasik siswa tidak cepat merasa lelah dan bosan, karena aktivitas yang diiringi dengan mendengarkan musik menjauhkan siswa dari rasa lelah dan mendorong siswa untuk bersemangat dalam belajar, sementara tenaga yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit, karena musik klasik mengatur ritme pernafasaan, detak jantung, dan meningkatkan koordinasi otot-otot dalam tubuh manusia.
Pernafasan manusia bersifat ritmis umumnya manusia bernafas 25-30 permenit, pernafasan yang lebih dalam dan lambat menimbulkan ketenangan, kendali emosi dan metabolisme yang baik. Pernafasan yang dangkal dan cepat dapat mengakibatkan kecenderungan berbuat salah dan perilaku implusif . Dengan mendengarkan musik klasik yang bertempo lambat menjadikan pikiran tenang (Cambell, 2003: 81).
Dalam kondisi normal jantung berdetak sekitar 100 kali dalam satu menit, dalam keadaan rilaks atau istirahat, detak jantung manusia akan turun menjadi 60-70 kali per menit, Apabila siswa mendengarkan musik dengan tempo 55-70 bit per menit, maka otak akan menangkapnya dan menyesuaikan kecepatan detak jantung mengikuti tempo lagu yang didengar dalam hal ini banyak kita temukan dalam jenis musik klasik (Gunawan,2003:179).
Hal ini karena denyut jantung dan nadi manusia cenderung menyesuaikan Variabel-variabel musik, seperti frekuensi, tempo, dan volume bila mendengarkan musik (Cambell, 2003: 82).
Pada saat pembelajaran guru dapat memutar musik klasik untuk menciptakan relaksasi dan pembangkit motivasi siswa. Siswa bergairah mengikuti kegiatan belajar dan melepas ketegangan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dalam proses pembelajaran musik klasik mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan semangat siswa
b. Merangsang pengalaman
c. Menumbuhkan relaksasi
d. Meningkatkan fokus
e. Membina hubungan
f. Bersenang-senang ( Deperter, 2003: 77)
2.1.4. Pembagian musik klasik
Dalam penggunaannya musik klasik yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk relaksasi
a. " The four seasons" Vivaldi
b. "Water music" Handel
c. "Afternoon of a faun" Debussy (Gunawan, 2003: 182)
d. Karya-karya handel :
 Concerto for harp and lute larghetto,op.4.no.6
 Concerto for harp in major largherto F, op. 4, no. 5
 Concerto grosso in c major ("Alexander's feast) (Rose dan Nichol, 2002:249)
2. Untuk Kosentrasi
a. " Flute Concerto" Vivaldi
b. "Goncerto Grossi #4,10-12" Corelli
c. "c Major piano concerto" Mozart (Gunawan, 2003: 182)
3. Untuk membangkitkan semangat
a. "Alexander's feast" Handel
b. " Well Tempered clavier" Bach
c. "Divertimento" Mozart (Gunawan, 2003: 182).

2.2. Tentang Motivasi Belajar
Dalam kajian ini akan dibahas: Pengertian motivasi, macam-macam motivasi, prinsip motivasi, fungsi-fungsi motivasi, bentuk motivasi, dan upaya meningkatkan motivasi belajar.
2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum kita berbicara tentang definisi motivasi belajar terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan motivasi dan belajar.
Istilah motivasi berasal dari Bahasa Latin yaitu “Movere” yang dalam Bahasa Inggris berarti to move adalah kata kerja yang artinya menggerakkan, motivasi sendiri dalam Bahasa Inggris adalah Motivation yaitu sebuah kata benda yang artinya penggerakan (Gintings, 2008: 86).
Motivasi adalah keinginan, semangat yang kuat pada diri seseorang yang menjadi pendorong kepadanya untuk berusaha atau berbuat sesuatu dengan tujuan mencapai kejayaan (Darmanto dan Wiyoto, 2007: 382).
Menurut terminologi motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2008:152).
Berikut ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa pakar mengenai pengertian motivasi:
James O.Wittaker mengemukakan bahwa “Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.” (Soemanto, 2006: 205).
Omar Hamalik mengemukakan bahwa “Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.” (Djamarah, 2008: 148).
Adapun pengertian belajar sendiri adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2008:68).
Gagne mengemukakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” (Syah, 2008: 84).
Witherington mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.” (Syah, 2008: 84).
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktifitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotorik. Dikatakan positif karena perubahan perilaku itu bersifat adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang cenderung menetap (Sanjaya, 2008: 229).
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan (Iskandar, 2009:181).
Berdasarkan pendapat tentang motivasi dan belajar di atas maka pengertian motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga bersungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi (Iskandar, 2009:181).
2.2.2. Macam-Macam Motivasi
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal yang terjadi pada siswa. Sehingga motivasi belajar di sekolah dapat dibedakan menjadi dua macam yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
2.2.2.1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89).
Bila siswa telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan. Siswa yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan masa mendatang (Djamarah, 2008: 150).
Biasanya dalam kegiatan belajar siswa yang mempunyai motivasi intrinsik mempunyai minat yang tinggi dan perasaan senang karena siswa menyadari bahwa dengan belajar dia memperkaya dirinya sendiri (Tadjab, 1994: 105).
Pengajaran di kelas harus mempertinggi motivasi intrinsik sebanyak mungkin, secara sederhana berarti bahwa guru harus mencoba agar siswa tertarik dengan materi pelajaran yang mereka sampaikan. Berikut beberapa kiat untuk mempertinggi motivasi intrinsik:
a. Menambah selera siswa untuk ilmu pengetahuan.
b. Mempertahankan keingintahuan.
c. Cara menyampaikan pelajaran yang menarik dan bervariasi.
d. Permainan dan simulasi (Djiwandono, 2008: 359-361).
2.2.2.2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88).
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Djamarah 2008: 151).
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik jika anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors out side the learning situation), misalnya belajar untuk mencapai nilai tertinggi, agar mendapatkan hadiah. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar dan manfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya (Djamarah, 2008: 151).
Dalam kegiatan pembelajaran motivasi eksternal dari luar diri siswa baik positif maupun negatif mempunyai pengaruh yang besar, misal motivasi ekstrinsik positif adalah ketika siswa dapat menjawab pertanyaan guru dengan sangat memuaskan maka siswa dapat memperoleh daya dorong positif untuk terus belajar sehingga ia berprestasi di kelas sebaliknya jika ia tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru sehingga dia ditegur dan diperingatkan, teguran dan peringatan itu merupakan motivasi ekstrinsik negatif yang dapat dijadikan sebagai daya dorong untuk memperbaiki kesalahannya sehingga nilainya memuaskan. (Iskandar, 2009: 189).
Motivasi intrinsik lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik, namun bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar baik positif maupun negatif. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian siswa (Djamarah, 2008: 152).
Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik. Diakui nilai, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dengan merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran kasar dan sebagainya berpengaruh negatif dengan merenggangnya hubungan dengan anak didik (Djamarah, 2008: 152).
2.2.3. Prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang terlepas dari faktor lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik) sebagai upaya lain yang tak kalah penting (Djamarah, 2008: 152).
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar, oleh karena itu guru perlu mengetahui beberapa prinsip motivasi dalam belajar yaitu:
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
b. Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
c. Motivasi berupa pujian lebih utama dari pada hukuman.
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.
f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar (Djamarah, 2008: 153-155).
Dari hasil penelitian Knneth H. Hover mengemukakan sejumlah prinsip motivasi belajar diantaranya yakni:
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman
b. Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Siswa berbeda-beda dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Bagi siswa yang dapat memenuhi kebutuhan secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya itu.
c. Dorongan intrinsik lebih utama dari pada dorongan ekstrinsik dalam belajar.
d. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
e. Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2008: 259).
2.2.4. Fungsi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar sementara siswa-siswa yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa siswa tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru, hal ini sebagai tanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar (Djamarah, 2008: 156).
Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bias ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar (Djamarah, 2008: 156).
Terdapat tiga fungsi motivasi dalam proses pembelajaran yaitu:
2.2.4.1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar, sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu.. Sikap itulah yang mendorong ke sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar (Djamarah, 2008: 157).
2.2.4.2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Di sini siswa sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar (Djamarah, 2008:157).

2.2.4.3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Di sini siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan agar tidak menghalangi tujuan yang diinginkan (Djamarah, 2008: 157).
Dalam artian siswa mampu menentukan mana perbuatan-perbuatan yang yang harus dilakukan, guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu, seperti seorang siswa yang benar-benar ingin mencapai yang terbaik dalam sekolahnya dia tidak akan menghamburkan-hamburkan waktunya dengan bermain layang-layang (Purwanto, 2007: 71).
2.2.5. Bentuk motivasi belajar
Dalam proses interaksi belajar, peran motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada di antara siswa yang kurang berminat mengikuti pelajaran untuk meningkatkan minat siswa agar lebih bergairah belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar siswa di kelas, sebagai berikut :
a. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar.
b. Hadiah
Di dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi, Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi, yang dapat dilakukan di setiap kenaikan kelas, karena dengan cara ini siswa akan termotivasi belajar dan mempertahankan prestasi belajar yang telah dicapai.
c. Kompetisi
Kompetisi atau persaingan baik dalam individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan, kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.
d. Ego-Involvement
Siswa akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Oleh karena itu seringkali guru melihat siswa yang menyontek untuk menutupi rasa malu atas ketidak mampuannya.
e. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang sistamatis dan terencana.
f. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak terdorong untuk belajar lebih giat apalagi bila hasil belajar mengalami kemajuan, siswa berusaha untuk mempertahankannya bahkan meningkatkan intensitas belajar agar mendapatkan prestasi yang lebih baik.
g. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa, pujian diberikan sesuai hasil kerja bukan dibuat-buat.
Siswa yang senang dipuji atas pekerjaan yang telah diselesaikan akan membesarkan jiwa dan membuat siswa lebih bergairah dalam belajar.
h. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi yang baik dan efektif.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasilnya lebih baik dari siswa yang tidak berhasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar bisa ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebangai pendukung utamanya.
j. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar materi yang diberikan mudah dipahami. Ada beberapa cara untuk membangkitkan minat siswa sebagai berikut:
1. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah menerima materi pelajaran.
2. Menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
Penelitian menunjukkan bahwa suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi minat belajar siswa. Dengan kondisi psikis yang baik, siswa akan mampu belajar. Dengan kondisi psikis yang berantakan siswa yang biasanya mampu belajar dengan baik akan mengalami banyak kendala dalam proses belajarnya, oleh karena itu penting sekali bagi guru utuk menjaga kondisi psikis siswa sehinga proses belajar mengajar tidak terhambat (Amrin, 2009:90).
Sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan guru dapat memutarkan musik klasik saat pelajaran maupun saat ulangan, upaya ini dipakai untuk mencairkan pikiran para siswa yang kaku/ tegang sebelum menerima penjelasan dari guru. Pencairan tersebut bertujan untuk menghidupkan otak kanan. Siswa yang serius dan tegang menerima, maka otak kirinya yang bekerja maksimal , sedangkan otak kanannya “tidur”, maka yang terjadi siswa mencari pelampiasan dengan ramai sendiri denagan teman (Widyatmoko,Blog: http//www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com, 02-okt-2009, 06:10:07 WIB).
3. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan siswa sangat berguna sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar (Djamarah, 2008: 159-167).
2.2.6. Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar:
a. Memperjelas tujuan yang dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
b. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukaan untuk membangkitkan minat belajar siswa di antaranya dengan menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran.
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya dapat belajar dengan baik mana kala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Suasana yang menyenangkan dapat memungkinkan siswa beraktivitas dengan penuh semangat dan penuh gairah. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang.
d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan bisa dilakukan dengan isyarat misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan yang meyakinkan.
e. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin nilai yang bagus, untuk itu mereka belajar dengan giat, bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu penilaian harus dilakukan sesegera mungkin, agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberi komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya misalnya dengann memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu”. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
g. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2008: 261-263).

Comments :

0 komentar to “Tentang Musik Klasik”


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.