Minggu, 22 Agustus 2010

PENGARUH MEMBACA SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP PEMBENTUKAN NILAI ETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII DI MTSN GLAGAH LAMONGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional di Indonesia merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan dengan kemampuan nasional dengan memanfatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan perkembangan global. (TAP MPR NO IV/MPR/1999 hal:16) Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pembangunan nasional memiliki visi berupa terwujutnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. (TAP MPR NO VI/MPR/1999/hal: 13) Dengan visi tersebut jelas mengarahkan agar kebijakan sektor-sektor pembanguna berorientasi pada peningkatan kualiats sumberdaya manusia.
Penekanan pada aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam visi pembangunan nasional membuktikan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keunggulan komperatif dalam penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada gilirannya akan berimbas pada peningkatan daya saing serta posisi tawar yang tinggi di bidang-bidang lain dalam era globalisasi sekarang ini. (Zulkarnain. 2008:2)
Dalam konteks ini sektor pendidikan sangat perlu mendapatkan perhatian serius, dalam kegiatan pembanguan secara terpadu tidak saja oleh pemerintah akan tetapi menyangkut seluruh komponen bangsa. (Zulkarnain. 2008:2) Karena pendidikan mempunyai posisi strategis sebagai wahana pengembangan kualitas manusia Indonesia. (Zulkarnain. 2008:2)
Sesungguhnya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia telah dilakukan sejak lama dan selaluh muncul pada GBHN. Dalam hal ini departemen pendidikan dan kebudayaan telah menetapkan empat strategi dasar pembagunan bidang pendidikan yaitu pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, dan efesiensi. (Zulkarnain. 2008:2 )
Karena Pada dasarnya proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintahan Indonesia yang diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan kualitas manusia yang diinginkan terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional. (Azyumardi Azra, 2007:1) Sekolah sebagai lembaga pengembangan pendidikan merupakan lembaga penting dalam mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi secara global. (Azyumardi Azra, 2007:2) Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (Berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pencerdasan kehidupan bangsa (Fuad Ihsan, 2008:3)
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh semua siswa sebagai anak didik. (Slameto, 2003:1)
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya dari sekian banyak faktor yang secara garis besar dibagi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern. (Sardiman, 2006:39)
Pada hakikatnya belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan linkungannya. (Slameto, 2003:2)
Dengan demikian tidak akan tercipta suatu perubahan pada seseorang yang belajar jika tanpa ada usaha yang dilakukan.
Sehubungan dengan usaha bagaimana kita menghasilkan proses belajar yang baik, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang berkorelasi terhadap prestasi belajar tersebut, mengingat salah satu cara penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. (UU NO 20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional, 2006:59). Maka buku dan kegiatan membaca memperoleh prioritas yang tinggi dalam peningkatan pendidikan.
Dalam hal ini terbukti dengan adanya undang-undang tentang buku teks pelajaran yaitu menimbang “bahwa buku teks pelajaran berperan penting dan strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah, sehingga perlu ada kebijakan pemerintah mengenai buku teks pelajaran bagi peserta didik. (UU RI NO 14 Tahun 2005, 2006:189) Oleh karena itu perlu adanya proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Dengan gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. (Rahim, 2007:1)
Begitu pentingnya kegiatan membaca dalam ajaran agama islam, yang telah dibuktikan oleh Allah dengan diturunkannya ayat yang pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat yang berkaitan dengan membaca yang terdapat dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat 1-5
اقرَاء باسْمِ رَبـِّكَ الذى خـَلـَق (1) خـَلـَقَ الانسانَ مِن عَلـَق (2) اقرَاء وَرَبُّكَ الاكرَم (3) الذى علـَّمَ بالقلَم (4) علـَّم الانسانَ مَالم يَعْلم (5)
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya perantaraan tulis baca (QS. Surat Al-Alaq Ayat 1-5). (Departemen Agama RI, 2005:479)

Seperti yang disebutkan dalam ayat di atas membaca merupakan salah satu aktivitas dan cara belajar, ini mengisaratkan bahwa Islam amat memandang penting belajar atau menuntut ilmu. (Tohirin, 2005:XIII)
Dalam konteks yang umum membaca merupakan aktifitas melihat tulisan dan mengerti atau dapat menuliskan apa yang tertulis secara nyata. (Tohirin, 2005:XIV) Maka dari itu kita harus menyadari pentingnya membaca, aktifitas membaca tidak terbatas pada buku pelajaran akan tetapi memiliki cakupan yang luas seperti membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammmad SAW.
Karena Sejarah kehidupan Rasulullah SAW adalah sejarah yang penuh dengan keteladanan dan hikmah, dan suatu sejarah yang tiap muslim harus menjadikannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya (Kholid, 2001:5) Maka dari itu dengan mempotret kehidupan Nabi Muhammad SAW, maka seorang anak dapat mengikuti jejak langka beliau dan menerapkannya dalam kehidupan mereka, tepatnya dalam cara berinteraksi, baik dengan teman sebaya, atau yang lebih besar dari mereka. (Musthofa, 2003:201)
Karena Nabi Muhammad SAW bukanlah sekedar manusia pendatang di bumi yang mengisi waktunya dari pagi sampai petang, namun ia adalah kekuatan natural yang datang menaklukkan zaman dan tempat untuk mengembalikan kehidupan manusia. (Kholid, 2001:9)
Habib Zain bin Ibrohim bin Smeth dalam bukunya al ajwibah al ghaliyah fi a’qidatil firqoh an najiyah, meceritakan bahwasanya pada suatu hari Imam Malik ditanya oleh Kholifa Al Mansyur yang sedang berada di Masjid Nabawi, sebaiknya saya berdoa menghadap qiblat atau menghadap Nabi Muhammad ?, lalu Imam Malik menjawab mengapa engkau memalingkan wajahmu dari beliau padahal Nabi Muhammad adalah wasilahmu dan wasilah bapakku Nabi Adam AS kepada Allah SWT. (Cahayab Nabawi Edisi 70, 2009:45) Lebih dari itu Nabi Muhammad SAW adalah kekuatan ilahi yang datang untuk mengembalikan spiritual insani kepada garis edar yang sesuai dengan ketetapan Allah SWT pencipta langit dan bumi, pembuat cahaya dan kegelapan. (Kholid, 2001:9)
Maka dari itu dengan membaca dan meneladani kehidupan Rasulullah SAW maka seseorang akan dapat merasakan dampak yang positif yang berupa ketabahan, renda hati, ikhlas, kedermawaan, dan kemulyaaan akhlaq, sebagai nilai setandar prilaku beliau sangat tinggi dan mulia. (Cahaya Nabawi Edisi 70, 2009:46) Oleh karena itu tidak heran bila sepanjang kehidupannya menjadi contoh yang komprehensif dan universal bagi ketaqwan, kesucian, keagunga moral dan prilaku kita sehari-hari.
Berangkat dari itu membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa agar memperoleh wawasan yang luas dalam tahap-tahap kehidupannya.
Maka mereka yang tidak gemar membaca sjarah Nabi Muhammad, telah menuju proses pembodohan, hal ini karena membaca tidak bisa dipaksakan dari proses memiliki pengetahuan. Dengan membaca, wawasan, pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas. (Dwi Sunar Prasetyo, 2008:13) Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca oleh karena itu, sepantasnya siswa harus melakukan dengan dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan agar informasi pengetahuan yang diperoleh lebih maksimal.
Untuk membuat aktifitas membaca menjadi suatau kegemaran, hal yang harus dimiliki adalah minat membaca, maka kurang gemar membaca setumpuk bahan bacaan yang disodorkan tidak satupun yang akan disentuh, apalagi dibaca. Hal ini terjadi pada anak-anak usia sekolah, dimana aktifitas bermain lebih mendominasi aktivitas keseharian. (Prasetyono, 2008:14)
Sekarang ini harus diakui bahwa minat membaca yang diwujudkan dengan aktivitas membaca buku dikalangan siswa umumnya masih rendah. Alasan yang sering mengemukakan adalah bahwa membaca belum membudaya di kalangan masyarakat, khususnya pelajar. Sebagian besar pelajar menganggap aktivitas membaca adalah merupakan aktivitas yang membosankan atau membuat jemu dan lelah.
Menurut laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND dan Studi International Association For The Evaluation Of Education Achivement (IEA) di Asia Timur pada tahun 2000, Indonesia menempati posisi rendah pada skala kebiasaan membaca. Apabila dibandingkan dengan Negara tetangga sekitar, kebiasaan membaca anak Indonesia beradapada skor 51,7. angka ini tentu tidak sebanding 1 dengan Hong Kong yang memiliki skor 75,5 atau Singapura (74,0), maupun Thailand (65,1). Dengan Filipina saja, Indonesia masih kalah. Negara yang letaknya di Utara Nusantara itu berada pada skor 52,6. untuk skala kebiasaan membaca anak. (http://www. madrasah aliyah negeri pacet cianjur tingkatkan kegemaran membaca anak.htm)

Henry Ford menyatakan bahwa membaca adalah pekerjaan yang paling berat dari pada segala jenis pekerjaan, hal itulah yang mengakibatkan sedikit sekali orang yang melakukan kegiatan membaca, memahami dan mengerti merupakan proses berfikir. Oleh karena itu seseorang yang tidak ingin membaca membaca berarti dia malas berpikir, keadaan ini sering kali menjadi jawaban singkat ketika ada seseorang yang bertanya tentang minat membaca. Orang yang tidak mau membaca tidak akan pernah tahu atau terbuka wawasannya. (Dwy Snar Prasetyono, 2008:15)
Dari pengamatan yang telah penulis lakukan pada Perpustakaan MTSN Glagah Lamongan tahun ajaran 2009/2010, sejumlah siswa menyempatkan diri untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah rata-rata setiap harinya hanya berkisar antara 50-60 siswa dari jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak kurang lebih 800 siswa. (Sumber:Buku Daftar Pengunjung Perustakaan Sekolah MTSN Glagah)
Budaya aktivitas membaca yang tinggi merupakan cermin kemajuan bangsa, dalam masyarakat yang membaca dan belajar, buku-buku dan bahan-bahan bacaan lainnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Berdasarkan asumsi yang ada bahwasannya membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa. Kemampuan membaca dan minat membaca tinggi adalah modal untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran. Tetapi fenomena yang terjadi di lapangan bahwasannya keaktifan membaca menunjukkan bahwa masih dijumpai siswa yang menunjukkan kurang aktif membaca dari pada itu bagaimana jadinya generasi bangsa jika enggan membaca sehingga kurang adanya keaktifan membaca.
Apabila fenomena di atas, jika diabaikan dan dibiarkan terus menerus, maka sangat mungkin pembentukan nilai etika sosial yang terdapat dalam diri siswa tidak akan bisa terbentuk dengan baik. Dari mana bisa tumbuh nilai etika sosial yang terdapat dalam diri siswa, apabila siswa tersebut tidak gemar membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad, padahal sumber dari etika sendiri adalah dari Nabi Muhammad. Sebagai mana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Qolam ayat 4.
   
. "Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Departemen Agama RI, 2005:451)

Jadi dengan siswa gemar membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad maka siswa tesebut akan dapat mengambil suri tauladan yang baik dari kehidupan beliau, sehinggah dalam berprilaku sehari-hari tercermin nilai etika sosial dari suri tauladan Rasulullah pada diri siswa. Maka dipandang perlu untuk mengkaji tentang keaktifan membaca siswa kelas VII di MTSN Glagah Lamongan dan meneliti bagaimana pengaruh membaca sejarah Nabi Muhammad SAW terhadap pembentuan nilai etika sosial yang terdapat pada siswa.
Maka penulis mengangkat judul skripsi yang berbunyi: PENGARUH MEMBACA SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP PEMBENTUKAN NILAI ETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII DI MTSN GLAGAH LAMONGAN. Sehingga dari penelitian kecil ini bisa menjadi acuan untuk membuktikan pengaruh tersebut.








1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka penulis memperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
Apa pengaruh membaca sejarah Nabi Muhammad SAW terhadap pembentukan nilai etika pergaulan siswa kelas VII MTSN Glagah Lamongan.

1.3 Tujuan Penelitian
Setelah adanya rumusan masalah maka penulis mempunyai beberapa tujuan, tujuan penelitian yang pada dasarnya ada 2 tujuan yaitu yang bersifat umum dan khusus yang dimaksud adalah:
1. Bersifat umum antara lain:
a. Untuk memenuhi tugas dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci Manyar Gresik.
b. Sebagai realisasi dari salah satu tri darma perguruan tinggi khusus dalam bidang penelitian.
2. Bersifat khusus, antara lain:
a. Untuk memaparkan pengaruh membaca sejarah Nabi Muhammad SAW terhadap pembentukan niai etika sosial bagi siswa di MTSN Glagah Lamongan.


1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka penulis mengharapkan beberapa kemanfaatan antara lain:
1. Menjadi bahan informasi dalam usaha meningkatkan pembentukan nilai etika sosial melalui membaca sejarah Nabi Muhammad SAW.
2. Acuan bagi peneliti tentang keaktifan membaca di MTSN Gelagah di kemudian hari di kelas yang berbeda ataupun yang sama di lain waktu yang berbeda.
3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi para dewan guru dan siswa dalam meningkatkan proses belajar mengajar.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Membaca Sejarah Nabi Muhammad SAW
1. Pengertian Membaca
Sebelum penulis membahas tentang membaca, terlebih dahulu akan penulis uraikan tentang pengertian membaca.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:83) tertulis pengertian membaca adalah membaca tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang dibaca itu, melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati. Dari konklusi tersebut bahwasannya membaca itu bukan sekedar kegiatan melihat sebuah tulisan saja tetapi juga mampu melisankan dan memahaminya. Karena membaca adalah sebuah jendela yang bias membuat orang menelaah dan mengetahui segala sesuatu yang dimiliki orang lain dengan cara yang sangat mudah dan simple.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaiakan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulisan. (Tarigan, 2008:7)
Maka dari itu bagi manusia, membaca menempati posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam hidupnya, karena membaca merupakan sarana manusia untuk belajar dan mengajar. (Assirjani, 2007:67)
Pengertian membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai suatu proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. (Rahim, 2007:2)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. (Taringan, 2008:9)
Sebagaimana membaca, merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu:
a. Ketrampilan menyimak atau mendengar (Listening Skills)
b. Ketrampilan berbicara (Speaking Skills)
c. Ketrampilan membaca (Reading Skills)
d. Ketrampilan menulis (Writing Skills)
Setiap ketrampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan dengan proses-proses berpikir yang mendasari seseorang mencerminkan pikirannya. (Taringan, 2008:1)
Sedangkan Klien, dkk (1999) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:
1. Membaca merupakan suatu proses
2. Membaca adalah strategis dan
3. Membaca merupakan interaktif
Dari pengertian-pengertian membaca itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses pengenal simbol-simbol tertulis bermakna
2. Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses memahami bacaan
3. Pengertian luas yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses mengolah bacaan yaitu memaknai bacaan secara mendalam, meliputi proses memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan itu. Definisi ini sering disebut sebagai definisi modern, yang mendasarkan diri pada pandangan modern tentang membaca.
Dari banyak dan beragamnya pengertian membaca di atas terdapat titik persamaan dan perbedaan, namun masing-masing pengertian tersebut berdasarkan konsep-konsep tersendiri.

2. Cara Membaca Buku yang Efisien
a. Survey (penyelidikan)
Sebelum membaca sebuah buku, melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran mengenai apakah yang kira-kira diuraikan dalam bab tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat sepintas lalu pada kalimat-kalimat permulaan dari suatu bab. (Djamarah, 2002:52)
Bacalah secara sekilas paragraf pertama, mungkin merupakan suatu pendahuluan yang bermanfaat. Bacalah sekilas paragraf terakhir, yang mungkin saja merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Lihat dan perhatikanlah gambar-gambar, geografi, fotografi-fotografi, peta grafik, diagram yang ada, semuanya itu telah direncanakan untuk menolong pembaca memahami bab tersebut. (Taringan, 2008:56)
b. Quistion (pertanyaan)
Semua ahli berpendapat bahwa untuk meningkatkan efisiensi membaca, kita harus memberikan jawaban atas pertanyaan tertentu. Hanya Pauk menggunakan istilah Key Idea, sebagai ganti question. Tentu saja, kita hanya mempertanyakan ide pokok, kita tidak akan mempertanyakan contoh dalam membaca buku pertanyaan tersebut dapat merupakan pertanyaan yang kita buat sendiri atau pertanyaan yang kadang-kadang diberikan diakhir sebuah bab. Dengan mencari jawaban atas pertanyaan ini, kita biasanya dapat membiasakan diri dengan membaca kritis dan dengan demikian lebih kuat tertanam dalam ingatan (Djamara, 2002:53).
c. Read (membaca)
Hendaknya membaca buku itu harus mempunyai tujuan, tujuan memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memang ada di dalam buku yang dibacanya.
Yang paling sering terjadi adalah seorang siswa atau mahasiswa langsung saja mengambil bab satu dan membacanya, ia tidak tahu apa yang selanjutnya akan dibahas dalam buku itu. Betul memang, bahwa inilah inti membaca, tetapi yang dimaksud di sini adalah mendapat rincian penting, dan kita dapat menemukan adakah pernyataan kurang jelas, pertentangan dengan teori lain atau alam nyata sehari-hari (Djamarah, 2002:54).
d. Recite (mengucapkan kembali dengan kata-kata sendiri)
Setelah selesai membaca, berhenti dulu dan renungkan kembali apa yang telah ditelaah tadi. Yakinkanlah diri sendiri bahwa kita dapat membayangkan atau memvisualisasikan organisasi, dasar bab tersebut periksa kembali bab itu dan haruslah dapat meyakini diri sendiri bahwa kita dapat menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Jawablah segala pertanyaan yang telah kita buat. Selanjutnya, kita alihkan perhatian pada setiap proses, atau hal-hal lain yang menarik yang harus di ingat atau tercakup dalam catatan-catatan kita (Taringan, 2008:57).
e. Review (mengulang)
Hal yang tidak kalah pentingnya setelah selesai membaca buku adalah mengulangi apa yang telah dibaca itu. Pengulangan hendaknya dilakukan untuk semua bahan yang akan diujikan (Djamarah, 2002:55). Dari catatan-catatan penting untuk bab-bab yang dibacanya harus segera membuat review artinya mengulang kembali kertas catatannya tersebut, catatan itu berupa jawaban dalam bentuk garis besarnya dibaca lagi, sehingga siswa mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pokok masalah-masalah yang diuraikan dalam bab itu serta hubungannya antara satu dengan yang lainnya.
Salah satu teknik pengajaran membaca yang dijelaskan di atas yaitu SQ3R singkatan dari Survey, Question, Recite, dan Review. Yang merupakan gabungan dari beberapa teknik pengajaran membaca (Djago Taringan, 1996:174). SQ3R telah memberikan hasil yang memuaskan.
Namun dalam buku membaca cepat dan efektif yang ditulis oleh Nur Hadi bahwasannya anda dikatakan sebagai pembaca yang efektif, bila:
• Membaca dengan kecepatan tinggi, biasanya berkisar antara 325-450 kata permenit atau lebih.
• Kecepatan membaca bervariasi, bergantung pada tujuan keperluan dan bahan bacaan
• Aspek yang dibaca adalah satuan pikiran, ide, atau kata-kata kunci saja.
• Sedikit terjadi pengulangan gerak mata (regresi).
• Ketepatan selalu akurat tanpa banyak berhenti.
• Menggerakkan bola mata 3-4 kali pada setiap baris bacaan.
• Waktu membaca, selalu fisik diam.
• Makna yang diambil adalah gagasan pokok saja, tanpa banyak melihat unsure-unsur yang kurang menunjang.
• Membaca dengan sikap aktif, kritis dan kreatif.
• Konsentrasi terhadap bahan bacaan sempurna.
• Membaca dipandang sebagai kebutuhan, bukan suatu tugas atau beban, keperluan atau desakan untuk membaca setelah ada (Nur Hadi, 2008:50).
4. Tujuan Membaca dan Manfaatnya
Membaca merupakan serangkaian kegiatan pikiran yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui indra penglihatan dalam bentuk simbol-simbol yang rumit, yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti dan makna (Prasetyono, 2008:57).
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Rahim, 2007:11).
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Taringan, 2008:9). Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca, bahkan menurut hasil penelitian, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca. Tujuan membaca dalam menelusuri hasil membacanya (Nur Hadi, 2008:134).
Di dalam kata “membaca” terdapat aktifitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca merupakan kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai simbol-simbol (Prasetyono, 2008:57).
Tujuan membaca bermacam-macam. Demikian adanya bermacam-macam tujuan membaca untuk setiap individu, sesuai dengan kepentingan masing-masing. Namun, secara umum ada penggolongan tujuan membaca ini. Sebagai contoh, seperti yang dikemukkan oleh ahli membaca Waples berikut ini. Dalam eksperimennya ia menemukan bahwa tujuan membaca itu meliputi:
1. Mendapat alat tertentu yaitu, membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis.
2. Mendapat hasil yang berupa prestise yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pegaulannya.
3. Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya membaca untuk memperkuat keyakinan agama.
4. Megganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membaca untuk mendapat sensasi-sensasi baru.
5. Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu.
Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan membacanya akan dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritisnya dalam mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam membaca (Nur Hadi, 2008:136).
Membaca adalah salah satu aktivitas terpenting sepanjang hayat (Bagir, 2002:212). Pentingnya membaca dalam pandangan Islam, tergambar dalam kalimat pertama pada surat yang pertamakali turun kepada Rasulullah SAW. yakni yang menyuruh beliau membaca dan memulainya dengan membaca nama Allah sebbagaimaan firman Allah (As-sirjani, 2007:75).
اقرَاء باسْمِ رَبـِّكَ الذى خـَلـَق (1) خـَلـَقَ الانسانَ مِن عَلـَق (2) اقرَاء وَرَبُّكَ الاكرَم (3) الذى علـَّمَ بالقلَم (4) علـَّم الانسانَ مَالم يَعْلم (5)
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya perantaraan tulis baca (QS. Surat Al-Alaq Ayat 1-5).

Dalam terjemahan ayat di atas, tercakup sekaligus dua konsep yaitu “belajar” (aktifitas manusia yakni muhammad) dan “mengajar” (aktifitas allah SWT melalui wasilah malaikat jibri). (Tohirn,2006:xi). Karena membaca merupakan salah satu dari aktifitas belajar dan cara belajar.
Perintah pertama yang disampaikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untk membaca merupakan kunci pembuka agar umat ini membaca alam, bumi dan langit, serta isi kandungan dan semua yang ada diantara keduanya (As-sirjani, 2007:76). Namun tidak sekedar membaca tetapi aktivitas membaca telah merangsang otak untuk melakukan olah pikir memahami makna yang tekandung dalam rangkaian simbol-simbol (tulisan). Dengan begitu manfaat membaca akan jelas ada (Prasetyono, 2008:57).
5. Teori Membaca
Model teori membaca lahir dari perspektif bagaimana makna diangkat dari bacaan. Pemeroleh makna-makna berangkat dari beragam sudut itulah pandangan para ahli dibedakan. Ada tiga pandangan tentang bagaimana makna diperoleh yang melahirkan tiga model teori membaca, tiga model itu antara lain:

1. Model Teori Bottom-Up
Memandang bahwa bahasa yang mewadahi teks menentukan pemahaman. Secara fisik, ketika orang melakukan kegiatan membaca, yang dipandang adalah halaman-halaman bacaan yang posisinya di bawah (kecuali membaca sambil tiduran). Secara literal, bottom-up berarti dari bawah ke atas. Maksudnya, makna itu berasal Dari bawah (teks) menuju keatas (otak/kepala). Secara harfiah, menurut teori ini tekslah yang menentukan pemahaman. Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik seperti huruf morfem, suku kata A, kata-kata frasa, petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemrosesan yang masuk akal, koheren dan bermakna.
2. Model teori Top-Down
Inti dari model teori Top-Down adalah pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimiliki.
Jadi menurut teori Top-Down dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan.


3. Model Teori Interaktif
Model ini merupakan kombinasi antara pemahaman model Top-Down dan model Bottom-up. Pada model interaktif, pembaca mengadopsi pendekatan Top-Down untuk memprediksi makna, kemudian beralih ke pendekatan Bottom-up untuk menguji apakah hal itu benar-benar dikatakan oleh penulis, artinya kedua model tersebut terjadi secara stimultan pada saat membaca.
Model interaktif adalah membaca yang menggunakan secara serentak antara pengetahuan informasi grafik dan informasi yang ada dalam pikiran pembaca.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor. Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman melalui proses interaksi antara pembaca dengan bacaan dalam peristiwa membaca.
6. Menumbuhkan Minat Membaca
Sebagai pelajar dan mahasiswa yang ingin menjadi anggota masyarakat yang dihormati serta yang bertanggung jawab, anda semua harus mencurahkan perhatian serta usaha pada peningkatan minat baca anda. Suatu sikap ingin tahu yang intelektual, yang bijaksana dan untuk menggali bidang-bidang pengetahuan baru, akan menolong anda untuk meningkatkan serta memperluas minat baca (Taringan, 2008:105).
Aktivitas membaca bagi orang dewasa dan anak-anak belum menjadi suatu kegemaran yang mengasyikkan. Kebanyakan mereka tidak mempunyai perhatian pada buku, apalagi minat untuk membaca. Kegiatan membaca dilakukan karena terpaksa, misalnya akan menghadapi ulangan atau ada tugas membuat karangan ilmiah. Perhatian saja tidak ada, apalagi motivasi untuk membaca.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “minat” memiliki arti “kesukaan (kecenderungan hati) kepada suatu keinginan”. Jadi, harus ada sesuatu yang ditimbulkan, baik dari dalam dirinya maupun dari luar untuk menyukai sesuatu.
Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dari merasa senang berkecimpung dalam bidang itu, maka biasanya akan menimbulkan minat (Prasetyono, 2008:51).
Oleh karena itu, dalam aktivitas membaca penting adanya minat dari diri sendiri untuk membaca. Tuntutan sebagai pelajar agar tidak ketinggalan dari anak-anak lain mendorong mereka lebih aktif mencari berbagai informasi melalui bacaan (Prasetyono, 2008:34).
Dalam menumbuhkan minat baca ada sepuluh cara penting yang bisa membantu untuk senang membaca, yaitu antara lain:
1. Apa tujuan anda membaca?
Secara mutlak cara ini adalah cara yang paling penting, yakni menghadirkan niat. Apa tujaun anda membaca dan mengapa anda membaca?
2. Menyusun perencanaan dalam membaca
Cara penting yang membantu agar senang membaca ialah menyusun perencanaan dalam membaca. Tidak ada gunanya membaca asal-asalan, akan tetapi, hendaknya anda menyusun perencanaan yang jelas dalam membaca.
3. Mengatur waktu
Yaitu menentukan waktu untuk membaca dan menggunakan semaksimal mungkin waktu-waktu yang jelas-jelas kosong. Maksudnya, jangan sampai menunggu sampai malam untuk membaca bacaan wajib anda, tetapi tentukan waktu yang tepat dan jelas untuk membaca.
4. Mulailah setahap demi setahap
Cara yang lebih penting lagi ialah sedikit demi sedikit (step by step). Ketika sebagian orang membaca lembaran-lembaran tentang urgensi membaca, maka semangatnya akan menggelora, meningkat hikmahnya dan akan buru-buru membeli setumpuk buku. Ia akan bersegera membacanya dan meluangkan waktu yang sangat banyak untuk itu.
5. Totalitas dalam membaca
Ditegaskan bahwa membaca bukanlah hobi, melainkan pekerjaan yang sangat terpuji yang membutuhkan pemikiran, waktu, harta, kesungguhan dan pengorbanan. Selain itu, buku yang hendak kita bca pun tidak boleh menipu.
6. Teratur dalam mengikat makna
Cara yang keenam ialah menjaga keteraturan dalam mengambil ilmu, yakni dengan system pencatatan yang tertata rapi. Selalu menjaga keteraturan dan kerapian sangat dibutuhkan dalam segala aspek.
7. Buatlah perpustakaan di rumah
Dengan membuat perpustakaan yang tepat dapat menampung berbagai macam buku yang paling penting dalam hidup anda.
8. Sampaikan apa yang anda baca!
Sampaikan apa yang telah anda baca kepada orang lain. Dalam hal ini faedahnya banyak sekali dan sangat besar manfaatnya. Dianratanya adalah agar ilmu itu terpatri dalam otak anda dan orang lain pun bisa mengambil manfaatnya.
9. Bantu sahabat anda dalam membaca
Cara yang kesembilan adalah saling membantu dengan kawan dan sahabat anda dalam membaca. Dalam hal ini, anda bisa membentuk kelompok membaca bersama kawan-kawan anda apabila di sana ada tiga, empat atau lima orang.
10. Carilah ilmu dari para Ulama’
Diantara cara yang bisa membantu untuk membaca adalah mengambil ilmu dari para ulama’. Dari beberapa cara yang di atas, dalam cara kesepuluh ini, anda menimba ilmu dari para ulama’, ahli dan orang yang memiliki pengalaman.
Itulah sepuluh cara yang bisa membantu kita agar membaca menjadi kebutuhan kita. Yakni dengan kontinu dalam membaca, mengikat makna dan konsentrasi dalam baca (As-Sirjani, 2007:29-37).
Minat ditandai dengan rasa suka dan terikat pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh artinya harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai (Prasetyono, 2008:52).
7. Sejarah Nabi Muhammad SAW
Memulai pembicaraan tentang Rosulullah SAW yang berkaitan dengan kapasitas beliau sebagai manusia sempurna dan gudwah hasanah bagi setiap muslim. Dalam hal ini, sangat diutamakan penjelasan tentang sejarah kehidupan Rosulullah SWA. Maka dari itu penulis akan mengulas tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW :
Kelahiran Nabi Muhammad
Nabi Muhammad di lahirkan di kota Mekkah. Tempat para Nabi melakukan sholat, tempat para Rosul melakukan tahajjud, tempat wahyu di turunkan, tempat cahaya terbit, tempat risalah bersinar, tempat nubuwwah muncul, dan tempat fajar bi’tsah menyembul. (Aidh Al-Qarni,2006 :22).
Rosulullah di lahirkan di kota Mekkah pada hari Senin tanggal 12 dari bulan robiul awwal, lima puluh malam setelah peristiwa pasukan gajah menyerang Ka’bah. (Zaenal Abidin, :19).
Nabi Muhammad di lahirkan dalam keadaan serba pelik, beliau lahir dari keluarga miskin tapi terpandang di masyarakat.(Al-A’zami,2008 :24)
Nasab Rosulullah SAW
Nama beliau Shallallahu’ alaihi wa sallam adalah Abul Qosim Muhammad bin Abdullah bin Abd Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib bin Fahr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’ad bin Adnan yang menjadi keturunan anak Ismail. Inilah sil-silah keturunan beliau dari jalur sang ayah. ( Musthafa,2003 :167).
Nabi Muhammad SAW Manusia Terpercaya
Allah SWT telah memelihara dan melindungi Rosulullah SAW semenjak beliau masih kecil. Allah menyucikan beliau dari dari berbagai kegiatan buruk dan tercela zaman jahiliyah. Kemudian, beliau dikaruniai akhlaq yang baik oleh Allah, sehingga di tengah-tengah masyarakat Arab beliau dikenal dengan al-amin (yang terpercaya). Hal tersebut terukti ketika mereka menyaksikan sifat-sifat kesucian, kejujuran dalam pembicaraan, dan tanggug jawab beliau.(Musthafa,2003:169) seperti yang diceritakan oleh para ahli sejarah pada saat kauam Quraisy ingin memperbaharui Ka’bah. Ketika konstruksi itu sampai pada peletakan pada batu hitam (hajar al-aswad) perselisihan terjadi antara Qobila-Qobila dari pembesar bangsa Arab yang ingin mendapatkan suatau kehormatan untuk bisa meletakkan batu hitam itu pada sudutnya. (Al-A’zami,2008 :25)
Dan sampai ahirnya Abu Umayyah bin Al-Mughiroh dari Banu Makhzum sebagai orang yang tertua dari golongan mereka, dihormati, dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan yang terjadi pada golongan bangsa Arab ahirnya ia mengeluarkan pendapat bagi mereka, "serahkanlah putusan kalian kepada orang yang pertama kali memasuki pintu Safa ini ". tatkala mereka melihat bahwa Muhammad adalah orang yang pertama kali memasuki tempat terseut, lalu mereka berseruh ini adalah al-amin kami dapat menerimanya.(Haekal,2008 :71)
Dengan kebijakan yang dimiliki Nabi Muhammad, lalu beliau menyuruh seseorang untuk mengambil sehelai kain, lalu kain tersebut dibuka dan di letakkan olehnya hajar aswad tersebut di tengah-tengah kain. Kemudian Nabi Muhammad menyuruh agar setiap suku megutus satu delegasi untuk mengangkat ujung dari kain tersebut dan membawa menuju ke tempat hajar aswad. Dan ahirnya persengketaaan tersebut dapat diselesaikan. (Kholid,2001 :16)

Hari Pertama Turunnya Wahyu Nabi Muhammad SAW
Rosulullah SAW di utus menjadi Nabi dan Rasul pada usia beliau mencapai empat puluh tahun. Malaikat turun kepada beliau sambil membwa wahyu yang pertama pada saat Nabi berada di Gua Hiro’, pada hari Senin, malam ke tujuh belasa di bulan Romadhon yaitu bertepatan pada tahun 13 sebelum Hijriah. (Musthafa,2003 :172)
Nabi Muhammad SAW Sebagai Figur Yang Sabar
Tidak ada seseorangpun yang perna mengalami musibah, kesulitan, penderitaan dan krisis seperti yang perna dialami oleh Rosulullah, dia adalah figur yang sabar dan penuh ketabahan, seperti yang firmankan Allah dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 127.
artinya :
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (Al-Qarni dan Al-Awaji,2006 :41)

Hal tersebut terbukti ketika para perempuan, anak-anak kecil, dan kaum mudah, melempari berbagai macam kotoran kepada beliau pada saat beliau sedang melakukan sholat. (Musthafa,2004 :147)
Walaupun menghadapi kenyataan yang demikian, Nabi Muhammad tetap sabar dan selalu berdoakepada Allah SWT agar mereka diberi petunjuk kejalan yang benar.
Kasih Sayang Rosulullah SAW Terhadap Kaumnya
Sehubungan dengan sifat belas kasih, lemah lembut, dan pembawa rohmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 128 , dan Surat Al-Anbiya’ ayat 107. (Al-Yahsubi,2002 :104).

“Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Nabi Muhammad menjadi rohmad bagi orang dekat maupun orang jauh, sangat berat baginya untuk melakukan sesuatu yang menyusakan orang lai. Beliau selalu berusaha memberikan keringan kepada masyarakat demi menjaga kondisi mereka.(Al-Qorni, dan Al-Awaji,2006 :65)


Nabi Muhammad Sebagai Figur Yang Zuhud
Sifat zuhud yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah zuhudnya seseorang yang mengetahui bahwa dunia ini adalah fana (tidak kekal), cepat sirna, dan pendek usianya .(Al-Qorni,2006 :61).
Nabi Muhammad enggan mengambil bagian dari dunia kecuali sebatas yang bisa diperegunakan untuk mempertahankan hidup dan menegakkan punggung, padahal beliau mengetahui bahwa kemewaha dunia ditawarkan kepadanya dan dihiasi untuknya, akan tetapi beliau tetap memilih zuhud dan menahan diri dari kehidupan dunia.(Al-Qorni, dan Al-Awaji,2006 :50).
Rosululah SAW Selalu Membalas Keburukan Dengan Kebaikan
Rosulullah adalah seorang yang selalu membukakan pintu maaf kepada orang-orang yang tidak berlaku adil dan menzhalimi beliau. Rosululah juga akan berbuat baik kepada orang-orang yang selalu berbuat buruk kepada beliau.hal tersebut sebagai bukti pengamalan beliau atas firman Allah, surat Al-A’raf:199 dan Fushshilat :34 (Musthafa,2003:204)

“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”


“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia.”
Akhlak Rosulullah SAW
Rosulullah adalah manusia yang paling baik, paling santun perkataannya, paling lugu perangainya, dan paling hormat dalam pergaulannya, sehingga Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4: (Musthafa,2003:176).
Disamping itu, beliau juga adalah manusia yang paling pemberani, penyayang dan tawadhu'. Dan juga beliau tidak akan marah karena hal-hal yang menyakiti diri beliau, akan tetapi beliau akan marah apabila ketika ada hal-hal yang merendahkan Allah SWT .
Wafatnya Rosulullah SAW
Rosulullah SAW mulai mengadukan rasa sakit beliau, setelah mempersiapkan pasukan Usamah bin Zaid, pada bulan Rabi'ul Awwal. Ketika rasa sakit semakin menghebat , dan ahirnya sampai menyebabkan Rosulullah wafat yang bertepatan pada hari Senin, tanggal dua belas Rabi'ul Awwal, pada tahun ke sebelas Hijriah. (Musthafa,2003:210).
Dengan terdengarnya berita bahwa Rosulullah wafat, tidak sedikit para sahabat yang menangis sedih dengan kepergian Rosulullah, dan mengakibatkan berita tersebut sangat berat diterima oleh mereka, yang dikarenakan ikatan mereka yang begitu kuat dan mendalam terhadap beliau, di samping itu, mereka juga merasa bahwa beliau telah mengisi kehidupan mereka. (Musthafa,2003:210)



2.1.2 Nilai-Nilai Etika
1. Pengertian Nilai
Dalam kamus Besar Indonesia tertulis pengertian nilai yaitu harga, angka kepandaian, potensi, biji, banyak sedikitnya isi, kadar mutu, sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan. .(Umi Chulsum, 2006:482) Jadi Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik dan terpelihara oleh manusia dalam masyarakat.
Nilai atau dalam bahasa Inggris disebut value merupakan sesuatu yang abstrak dan bersifat ideal tetapi melekat dalam diri individu dan mempengaruhi jiwa seluruh anggota masyarakat.
Sesuatu dapat dikatakan ber”nilai”apabila sesuatu bermanfaat, benar, indah, baik, agamis / relegius, dan melekat oada diri individu serta mempengeruhi anggota masyarakat.(Tim Musyawaroh Guru Bina Kewarganegaraan, 2004:31)
Berikut ini pengertian nilai berdasarkan pendapat Noto Negoro, membagi nilai menjadi tiga, adalah:
a. Nilai material, yaitu segalah sesuatu yang berguna bagi kebutuhanfisik manusia. Misalnya: makan, air, dan pakaian
b. Nialai vital, yaitu segalah sesuatu yang berbuna bagi manusia untuk dapat megadakan kegiatan. Misalnya:buku, dan alat tulis bagi pelajar.
c. Nilai kerohanian, yaitu segalah sesuatau yang berguna bagi rohani (batin) manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi empat macam:
1. Nilai kebenaran, yaitu nilai yang bersumber dari unsur akal manusia (rasio, budi, dan cipta).
2. Nilai keindahan, yaitu nialai yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan, estetika, dan intuisi)
3. Nilai moral / kebaikan, yaitu nilai yang bersumber dari unsur kehendak dan kemauan (karsa, dan etika).
4. Nilai relegius, merupkan nilai ketuhanan yang tertinggi dan mutlak yang bersumber dari keyakinan / kepercayaan manusia. Nilai relegius berfungsi sebagai sumber moral yang dipersepsikan sebagai rormat dan ridla tuhan.
Robert M.Z.lawang menyatakanbahwa nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga, dan mempengaruhi prilaku sosial orang yang memiliki nilai itu. (Tim Musyawaroh Guru Bina Kewarganegaraan, 200435)

Menurut Kluckhoan, semua nikai dalam setiap kebudayaan pada hakekatnya menandung lima hal sebagai berikut:
a. Nilai mengenai hakikat hidup manusia
b. Nilai mengenai hakikat karya manusia
c. Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
d. Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dan sesamanya
e. Nilai mengenai hakikat hubungan dengan alam
Mengambil definisi berikut ini dari Halstead dan Taylor (2000). Nilai adalah prinsip-prinsip dan keyakinan yang berlaku sebagai petunjuk umum sebagai prilaku, keyakinan abadi apa itu beharga, ideal bagi yang mengupayakan, standar umum bagi kepercayaan khusus dan tindakan dinilai sebagai baik, benar, diinginkan dan medapat penghargaan. Misalnya, nilai cinta, kejujuran (fairness), kesetaran, kebebasan keadilan, kebahagiaan, keamanan, ketenangan pikir dan kebenaran. (J. Mark Halsteal dan Micheal Reiss,2004:7-8)
Menilai berarti menimbang, sesuatu kegiatan anusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilia yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia subjek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa(kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu yang dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya. (Kaelan,2003:87)
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis bisa sedikit menyimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap baik oleh seluruh anggota masyarakat dan merupakan keinginan ideal dan merupakan sumber kaidah atau pedoman hidup, acuan, sumber motifasi, sebagai pegangan dan tolak ukur dalam upaya mewujutkan cita-cita bersama dalam kehidupan masyarakat secara nyata.
2. Etika, Moral, dan Akhlaq
a. Etika
Sebelum membahas lebih jauh tentang masalah etika, maka kami selaku penulis akan mendefinisikan terlebih dahulu tentang pengeertian etika.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering kali mendengar pemakaian Kata etika. Kata etika berasal dari bahasa yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Bentuk jamaknya ta etha yang berarti adat istiadat, arti yang terahir inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika.(kanter,2001:2)
Di dalam Kamus Ilmiah Populer kata etika mempunyai arti pengkajian soal moralitas atau terhadap tindakan moral. (Puis A Partanto, :160). Sedangkan yang tertera di dalam Kamus Besar Indonesia kata etika mempunyai arti ilmu yang berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Umi Chulsum,2006:223)
Menurut Romo, prof. DR. Kees Bertens, kata etika ditakrifkan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang diterima sebagai pegangan bagi prilaku kita. Disamping itu bertens juga mengatakan bahwa “di sini etika sama artinya dengan moral”. (Zaenal Abidin Bagir Dkk,2006:224)
Sedangkan menurut filsafat yunani Aristoteles (384-322 SM), etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral, perintah, tindakan kebijakan, dan suara hati.(kanter,2001:2)
Dalam pelajaran filsafat, etika adalah merupakan bagian dari padanya, di mana para ahli memberikan takrif dalam redaksi yanng berbeda-beda yang diantaranya yaitu:
a. Etika ialah ilmu tentang tingkah lakumanusia dan prinsip-prinsip yang disistimanisir tentang tindakan moral yang betul. (Webster’s Sirct)
b. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujjah-hujjahnya, dan tujuan yang diarahkan pada makna tindakan. (Ensiklopedi Winkler Prins)
c. Ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif tapi ilmu yang formatif. (New American Ency)
d. Ilmu tentang moral / kaidah-kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan. (A.S Hornby Dict).
Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas, maka pengertian etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan mana yang buruk deangan memperhaikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui ole aal pikiran. (A. Mustofa, 1999:14).
Etika juga bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau pemikiran rasional kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Jadi etika bukan sebuah ajaran meliankan sebuah ilmu, karena etika merefleksikan mengapa seseorang harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagiaman kita mengambil sikap yan bertanggung jawab ketika berhadapan dengan berbagai moralitas. (Kanter,2001:12). Dalam pengertian ini memberikan orientasi mengapa harus bersikap begini atau begitu, sehingga mampu memprtanggung jawabkan kehidupannya.
Karena di samping itu etika sebagai ilmu yang membantu kita untuk merefleksikan unsur-unsur etis ketika kita berhadapan dengan berbagai pendapat moral dalam kehidupan sehari-hari. Karena etika di sini memberikan refleksi kritis, rasional, metodis, dan sistematis tentang perbuatan manusia sejauh itu berkaitan tentang norma moral.(Kanter,2001:12).
b. Moral
kata yang agak dekat dengan etika adalah moral, kata moral berasal dari bahasa latin mos bentuk tunggal, bentuk jamaknya mores yang beraarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,tabiat, watak, akhlaq, dan cara hidup. Maka secara etimologis kata etika (Bahasa Yunani) sama dengan artinya kata moral (Bahasa Latin), yaitu adat istiadat mengenai baik buruk setiap perbuatan. (Kanter, 2001:4)
Namun tidak mudah bagi kita untuk memisahkan hakekat yang ada pada kedua kata etika dan moral, namun keduanya saling terkait dalam hubungan sikap dan prilaku individu atau kelompok individu dalam sekala buruk sampai baik. (Nitisusatro,2009:272).
Dari dua makna yang terkandung dalam kata etika dan moral ini saling berkaitan sekali, sebab etika berasal dari Bahasa Yunani yang berarti watak, sedangkan moral yang berasal dari Bahasa Latin yang berarti tabiat, maka dari itu kedua kata tersebut sangat berkaitan sekali, karena watak tercermin dalam tabiat, dan sebaliknya tabiat juga ikut serta dalam pembentukan watak. (Zaenal Abidin Dkk,2006:224)
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, adapula perbedaannya, yakni etika lebih bersifat teori, sedang moral lebih banyak bersifat praktis. (http:// grms.multiply. com/journal/item/26/ahklak, etika, moral, norma, dan nilai).
Dalam beberapa hal etika dan moral memiliki perbedaan yaitu, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk ddengan menggunakan tolak ukur akal atau rasio, sedangkan dalam pembahasan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. (http:// grms.multiply. com/journal/item/26/ahklak, etika, moral, norma, dan nilai).
Dari beberapa argumen di atas yang menjelaskan tentang moral, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya moral adalah sesuatu yang menyangkut bidang kehidupan manusia yang dinilai dari baik buruknya tindakan atau perbuatannya selaku manusia, dan moral juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindak
c. Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. (http:// grms.multiply. com/journal/item/26/ahklak, etika, moral, norma, dan nilai).
Ibn Miskawaih (421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (http:// grms.multiply. com/journal/item/26/ahklak, etika, moral, norma, dan nilai).

Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; (http:// grms.multiply. com/journal/item/26/ahklak, etika, moral, norma, dan nilai).

pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian
3. teori etika
berangkat dari velasquez yang menyatakan bahwa etika merupakan ilmu yang mendalami setandar moral perorangan dan setandar masyarakat, maka dari itu terdapat dua teori etika doentologi dan teori etika teleontology. (nitisusastra,2009:273)
a. teori doentologi
teori etika doentologi menekankan tentang adanya kewajiban yang baik bagi setiap individu manusia atau organisasi untuk melakukan sesuatu yang memang seharusnya dilakukan. Yang dimaksud pengertian baik di sini bukan ditujukan kepada hasil dari hal yang dilakukan tersebut memberikan manfaat bagi yang melakukannya. Adapun yang di minaksut di sini adalah tindakan tersebut memang merupakan kewajiban bagi pelaku.
Dengan demikian teori etika doentologi dapat memotivasi kepada setiap pelaku untuk menjalankan kewajigannya denga baik, tampa memperhatikan hasil dan tujuan dari semua kewajiban yang dilakukannya.
b. teori teleontologi
teori etika teleontologi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan pada tujuan dan atau hasil yang akan dicapai tampa dipertimbangkan apakah tindakan dilakukan benar atau salah.
Jadi antara teori etika deonrologi dan teori etika teleontologi jelas berbeda, karena teori etika deontologi menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan kewajban yang harus dilakukan tampa mempertimbangkan apakah tujuan dan hasil yang akan dicapai baik atau buruk. Dengan demikian teori etika deontologi lebih menilai kepada cara melakukan tindakan, sedangkan teori etika teleontologi lebih mendasar kepada tujuan dan hasil. (Nitisusastra,2009:274).
4.Sistem Etika
Pandangan etika kontemporer berbeda dari sistem etika islam dari banyak hal,terdapat 6 sstem etika yang saat ini mendominasi pemikiran etika pada umumnya. (Muhammad dan Fauroni,2002:44)
a. Relativisme
Relativisme menekankan bahwa tidak ada kreteria tunggal, universal yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu tindakan disebut etis atau tidak.
Jadi, setiap orang dapat mempergunakan kreterianya masing-masing. Dan kreteria ini mungkin sekali berbeda dari satu kebudayaan dan kebudayaan yang lain, namun sebagai akibatnya karakter etis dalam nilai-nila dan prilaku sosial yang berdeda harus di lihat dalam konteks budaya secara khusus.
b. Utilitarianisme
Pandangan ini menyatakan bahwa arti penting moralitas yang menuntun seseorang dapat hanya berdasarkan konsekuensi penilainya.
Jadi sutau tindakan dapat dinilai etis jika memberikan hasil yang berupa keuntungan atau kebaikan .
c. Universalisme
Berbeda dengan pandangan utilitiarinisme yang menekankan pada aspek hasil suatu keputusan, namun universalisme lebih menfokuskan diri pada tujuan suatu keputusan atau tindakan. Adapun prinsi dan kunci yang mendasari madhab unifersalisme adalah prinsip Kant mengenai Imperatif Kategoris.
Sebagai konsekuensinya pendekatan ini menfokuska diri pada kewajiban yang harus dilakukan seseorang individu terhadap individu yang lain dan juga terhadap kemanusiaan.
d. Hak-Hak
Pendekatan hak dalam etika menekankan dalam sebuah nilai kebebasan. Agar disebut etis, keputusan-keputusan dan tindakan harus didasarkan kepada hak individu yang menjamin kebebasan memilih. Jadi pendekatan ini berkeyakinan bahwa individu memeliki hakhak moral yang tidak dapat ditawar-tawar. Sebagai misal para pekerja memilki hak untuk mendapat upah yang adil dan lingkungan kerja yang aman.
e. Keadilan Distributif
Pendekatan terhadap etika ini berkisar pada satu nilia keadilan. agar di sebut etis, keputusan-keputisan dan tindakan harus menjamin pembagian kekayaan, keuntungan dan kerugian secara adil.
f. Hukum Tuhan
Keputusan-keputusan etis dibuat berdasarkan hukum tuhan yang ada di dalam kitab suci dan tanda-tanda alam. Karena dengan percaya bahwa dengan mempelajari baik kitab suci maupun alam, manusia akan dapat bersifat etis.

2.1.3. Korelasi Antara Membaca Sejarah Nabi Muhammad SAW Dengan Pembentukan Nilai Etika Pergaulan
Manusia adalah makhluk yang punya potensi dan kemampuan, potensi dan kemampuan ini mendorong manusia untuk bersikap aktif, keaktifan itu diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Keaktifan seseorang adalah merupakan jalan utama untuk meraih sesuatu karena denagn keaktifannya itu pula seseorang akan dapat mencapai suatu kemajuan dan keberhasilan.
Demikian pula seorang pelajar (siswa) akan dapat mencapai suatu kemajuan dan perubahan pada dirinya, kalau seseorang pelajar itu mempunyai keaktifan di dalam studinya, dengan aktifitas belajar dan membaca seorang pelajar tadi akan lebih mampu untuk dapat menguasai pelajarannya, dan perubahan akan nampak jika dibarengi dengan keuletan dan ketelatenan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-ra’du ayat 11 disebutkan:
اِنَّ اللهَ لا يُغـَيِّرُ مَا بـِقـَوْمٍ حَتـَّى يُغـَيِّرُوا مَا بـِأنـْفـُسِهِم وإذا اَرَدَ اللهُ بـِقـَومٍ سُوءًافـَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ دُونـِهِ مِنْ وَّالٍ (الرعد:11)
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Mushaf Al-Qur’an terjemah, 2002).
Lebih-lebih pelajar yang mempunyai kegiatan atau aktifitas membaca sejarah Nabi Muhammad SAW, maka akan lebih bertambah nilai etika yang terdapat dalam diri siswa dan akan lebih mendalam pula ilmu pengetahuannya, karena hanya dengan membaca seseorang pelajar akan mempunyai tingkat kecerdasan dan wahana pengetahuan yang mendalam.
Karena itu belajar dan membaca akan dapat membantu proses berlangsungnya pendayagunaan dan hasil guna seseorang serta akan dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku, adapun perubahan tingkah laku seseorang ini meliputi bentuk-bentuk kemampuan, di dalam hal ini menurt Taksonomi Bloom dan kawan-kawannya mengklasifikasikan dalam tiga domain yaitu:
1. Kognitif, meliputi:
- Mengetahui
- Memahami
- Menerapkan
- Menganalisa
- Mensintesis
- Mengevaluasi
Kemampuan yang disebutkan di atas sifatnya hirarkies artinya kemampuan yang pertama harus dikuasai terlebih dahulu, sebelum menguasai kemampuan berikutnya, demikian seterusnya.
2. Kemampuan Afektif, meliputi:
- Menerima
- Menanggapi
- Menghargai
- Membentuk
- Berpribadi
Kemampuan di atas juga sifatnya hirarkies, yang pertama harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai yang kedua dan seterusnya.
3. Psikomotor
Yang dimaksud dengan kategori kemampuan psikomotor ialah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan kegatan fisik. Jadi tekanan kemampuan, menyangkut koordinasi syaraf otot, jadi menyangkut penguasaan tubuh dan gerak.
Dengan adanya tiga jenis kemampuan yang tersebut diatas, maka kegiatan atau aktifitas seseorang pelajar di dalam mempelajari, membaca buku-buku khususnya sejarah Nabi Muhammad SAW secara aktif, selektif, dan kreatif sehinga akan dapat meneladani kehidupan kehidupan yang terdapat dalam Rasulullah SAW dan ahirnya siswa akan dapat merasakan dampak yang positif yang berupa ketabahan, renda hati, ikhlas, kedermawaan, dan kemulyaaan akhlaq, sebagai nilai setandar prilaku beliau sangat tinggi dan mulia. (Cahaya Nabawi Edisi 70,). Karena Sejarah kehidupan Rasulullah adalah sejarah yang penuh dengan keteladanan dan hikmah, dan suatu sejarah yang tiap muslim harus menjadikannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya (kholid, 2001:5) Maka dari itu dengan mempotret kehidupan Nabi Muhammad SAW, maka seorang anak dapat mengikuti jejak langka beliau dan menerapkannya dalam kehidupan mereka, tepatnya dalam cara berinteraksi, baik dengan teman sebaya, atau yang lebih besar dari mereka (Musthofa, 2003:201).
Karena Nabi Muhammad SAW bukanlah sekedar manusia pendatang di bumi yang mengisi waktunya dari pagi sampai petang, namun ia adalah kekuatan natural yang datang menaklukkan zaman dan tempat untuk mengembalikan kehidupan manusia.(Kholid, 2001:9).
Dari uraian di atas bahwa keaktifan membaca sejarah Nabi Muhammad merupakan penyebab pembentukan nilai etika pergaulan dalam diri seseorang .







BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual
Setiap karya ilmiah diperlukan uraian pemahaman dari suatu judul, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan, baik kesalahan pengertian maupun penafsiran dalam memahami dan mempelajari hasil penelitian serta akan dapat memudahkan anda pada pokok permasalahan sebenarnya. Maka di sini penulis perlu memberikan kerangka konseptual sebagai berikut:



Gambar 3.1

Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa ada keterkaitan antara membaca sejarah Nabi Muhammad terhadap pembentukan nilai etika pergaulan siswa, karena dari membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammada seorang siswa dapat mengambil suri tauladan dari bacaan tersebut. Begitu juga sebaliknya membaca sangat menunjang sekali bagi keberhasilan dalam belajar. Karena dengan kegiatan membaca itu akan membawa suatu ilmu pengetahuan baru untuk siswa.
Selama ini masih banyak siswa yang mengabaikan keaktifan membaca. Menurut pikiran penulis bahwa anak yang membaca sejarah Nabi Muhammad itu tingkat pemahamannya tentang etika akan baik atau kemampuannya dalam beretika tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan bagi anak yang tidak atau kurang aktif membaca sejarah Nabi Muhammad akan tetapi tingkat pemahamannya tentang etika akan baik atau kemampuannya dalam beretika juga tinggi. Dengan membaca memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas. Dengan demikian dengan membaca sejarah Nabi Muhammad adalah salah satu faktor yang berkaitan denganpembentukan nilai etika siswa.
Dijelaskan:
Membaca : Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya di hati) (KBBI, 2006:83).
Sejarah : peristiwa dan segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau. (KBBI,2006: 684)
Nabi Muhammad : Petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(dilihat)
pembentukan : proses, cara membentuk, dan perbuatan . (KBBI,2006:133)
nilai : harga, angka kepandaian, potensi, biji, banyak sedikitnya isi, kadar mutu, sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan. .(KBBI, 2006:482)
Etika : pengkajian soal moralitas atau terhadap tindakan moral. (Puis A Partanto, :160).
Pergaulan :Kb, hal persahabatan, hal berteman. (KBBI,2006:278).

Comments :

0 komentar to “PENGARUH MEMBACA SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP PEMBENTUKAN NILAI ETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII DI MTSN GLAGAH LAMONGAN”


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.